Monday 29 March 2010

Bertani dengan Cara Organik Ternyata Menguntungkan


Kekhawatiran penurunan hasil panen sempat menghantui. Namun, kekhawatiran itu berubah menjadi suka cita.

Itulah yang diarasakan Riono (45), warga Dusun Jasem, Desa Watu Galuh, Kecamatan Diwek, Jombang. Baginya, mengenal sistem pertanian organik membawa keberuntungan. Biaya produksi mampu ditekan sedangkan hasil panennya tetap memuaskan.

Diakui Riono, sejak menggeluti pertanian pada tahun 2004 lalu, dirinya selalu menggunakan pupuk dan pestisida kimia buatan pabrik. Semakin lama, biaya produksi untuk lahan pertanian seluas 5.600 meter persegi yang digarapnya makin meningkat. Peningkatan biaya produksi pertanian itu tidak lepas makin meningkatnya kebutuhan pupuk setiap kali datang masa tanam.
Peningkatan biaya produksi tidak diimbangi dengan jumlah pendapatan dari hasil panen. Dari tahun ke tahun, kata Riono, hasil panennya terus-menerus mengalami penyusutan. “Ya waktu awal-awal dulu saya pakai pupuk dan pestisidanya itu dari toko yang buatan pabrik (kimia). Tapi kok rasanya itu, hasilnya makin menurun kalau panen dan kalau musim tanam itu kebutuhan pupuk terus meningkat. Jadi, biaya produksi itu sangat tinggi,” tutur mantan sopir angkutan umum ini.


Kalkulasi antara biaya produksi dan hasil panen yang tidak berimbang membuat Riono berfikir keras. Hingga akhirnya, Riono mencoba mengelola pupuk kandang untuk dijadikan pupuk bogasi.

Sejak dua tahun lalu, pada setiap masa tanam, suami Istibsaroh ini melakukan percobaan menggunakan pupuk organik sebagai pengganti pupuk kimia. Memang, kata Riono, tidak semua lahan miliknya ditaburi dengan pupuk organik. Percobaan bertani menggunakan sistem pertanian organik dengan mengurangi pupuk kimia dan menggantinya dengan pupuk organik, dia terapkan pada lahan 2100 meter. “Setiap ganti musim tanam, saya terus ganti pupuk kimia dengan organik,”

Usaha keras Riono beserta isteri akhirnya membuahkan hasil. Pada panen kali ini, hasil panennya memuaskan meski dalam perlakuannya terhadap lahan pertanian dan tanaman dia menggunakan paket pupuk produksi pabrik. Lahan seluas 2100 meter persegi miliknya hanya dia beri pupuk organik hasil buatannya sendiri.

“Hasilnya cukup memuaskan, prosentase antara biaya produksi dan keuntungan sebesar 70% untuk hasil produksi dan 30% biaya produksi,” kata Riono.

Kini, Riono semakin yakin dengan sistem pertanian organik. Menurutnya, keuntungan menggunakan pupuk organik sangat banyak. Keuntungan itu meliputi tanaman lebih kebal terhadap penyakit, hasil panen lebih banyak, serta biaya produksi lebih sedikit. “Disamping itu, tanaman organik juga kuat menangkal hama dan beras lebih punel,” tutur Riono.

Istibsaroh (40), istri Riono, mengamini pernyataan Riono. Sebelum panen kali ini, keberhasilan bertani organik juga sudah dibuktikannya pada tanaman sayur. “Dulu itu suami saya pernah menanam cabai, tomat, terong dan jagung dengan organik juga dan hasilnya bagus,”

Untuk mengembangkan pertanian dengan sistem organik, Istibsaroh mengaku siap bahu membahu bersama suaminya. Dia pun tidak segan mengumpulkan kotoran ternak sapi sebagai bahan baku pupuk organik. (Eka Rimawati)

Thursday 25 March 2010

Mengatasi Hama dengan Kumbang dan Laba-laba



Pada Edisi sebelumnya (Kobar Warga, Selasa, 23 Maret 2010), digambarkan bagaimana cara mengatasi serangan hama dengan ramuan-ramuan tanaman dengan campuran bahan-bahan organik. Pada edisi kali ini, akan disajikan manfaat serangga, kumbang dan laba-laba sebagai musuh alami untuk pemberantasan hama tanaman.

Musuh Alami Hama
Musuh alami merupakan salah satu komponen pengendalian hama terpadu yang dapat dimanfaatkan pada segala pola tanam. Pengendalian hama dengan memanfaatkan musuh alami memberikan banyak keuntungan di samping aman terhadap lingkungan, berkembang secara alami di lapang, apabila keberadaannya dapat diusahakan sejak awal akan efektif menekan perkembangan populasi hama.
Dalam sejarah pengendalian hama perhatian terhadap musuh alami sangat berkurang semenjak secara sepihak penggunaan pestisida dianggap satu-satunya metode pengendalian yang dapat diandalkan. Namun pengendalian dengan pestisida menimbulkan banyak efek samping baik masalah resistensi, resurjensi, dan terhadap organisme bukan sasaran. Kesadaran terhadap pentingnya pemanfaatan musuh alami dalam pengendalian hama sangat penting. (pangan.litbang.deptan.go.id)


Musuh alami hama wereng hijau bisa berupa predator, parasit maupun patogen. Secara harfiah, predator dapat dikatakan sebagai pemangsa. Namun, dalam hubungannya dengan jaring-jaring makanan, predator merupakan konsumen tingkat-2 sampai tingkat selanjutnya yang memangsa tingkat yang lebih kecil. Jadi, predator dapat dikatakan sebagai binatang atau organisme yang memakan binatang/organisme lainnya untuk mempertahankan hidupnya dan dilakukan secara berulang-ulang.

Keberadaan predator dalam suatu ekosistem mutlak dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan lingkungan yang ada. Predator merupakan serangga yang memangsa serangga lain dengan cara menangkap, menghisap cairan atau memangsa habis seluruh tubuh. Untuk melengkapi daur hidupnya untuk tujuan kelangsungan hidup, seekor predator memerlukan beberapa bahkan banyak mangsa. Hal ini berbeda dengan parasit. Parasit memerlukan satu ekor inang saja sebagai tempat untuk melengkapi daur hidupnya. (www.tanindo.com).

Pentingnya Predator
Keberadaan dan pentingnya predator dalam ekosistemnya dapat kita lihat kasus sebagai berikut : saat kita memulai menanam padi, maka saat itu juga kita memulai menciptakan sebuah komunitas baru pada areal penanaman padi. Pada saat bersamaan kita tidak hanya menanam padi melainkan juga hama penghisap bulir, penggerek batang, penyakit malai, penyakit busuk malai, predator Lycosa pesudoannulata, Pederus fuscifes, Ophionea nigrofasciata dan kumbang coccinella yang semuanya terkait dengan tanaman padi yang kita tanam. Begitu pula halnya dengan tanaman perkebunan yang dibudidayakan.

Penggunaan pestisida yang berlebihan, berspektrum luas dan tidak selektif disertai tehnik budidaya yang kurang baik akan berdampak pada ketidakseimbangan ekosistem, karena tidak hanya hama saja melainkan semua pemangsanya pun turut musnah. Dan bila terjadi ledakan populasi hama yang baru, jumlah predator yang ada tidak mencukupi sehingga pengendalian biologis tidak akan efektif.

Melihat pentingnya peran predator dan parasit dalam menjaga dan mengendalikan populasi hama, maka upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi penggunaan insektisida yang berspektrum luas, aplikasi insektisida dengan melakukan pengamatan perbandingan jumlah hama dan musuh alami, bahkan bila perlu dalam suatu areal penanaman dilakukan manipulasi lingkungan agar mendukung peran dan jumlah musuh alaminya.

Musuh Alami Hama:
Laba-laba Serigala (Lycosa pseudoanulata)
Laba-laba Bermata Jalang (Oxyopes javanus)
Laba-laba Berahang Empat (Tetragnatha spp.)
Kepik Permukaan Air (Microvellia douglasi atrolineata)
Kepik Mirid (Cyrtorhinus lividipennis)
Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes)
Kumbang Karabid (Ophionea nigrofasciata)
Kinjeng Dom (Agriocnemis spp.)
Belalang Bertanduk Panjang (Conocephalus longipennis)
Kumbang Koksinelid (Synharmonia octomaculata)


Disajikan oleh:
Lembaga Kajian & Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) NU dan Lembaga Pengembangan Pertanian NU Jombang.

PERTANIAN

Perawatan Tanaman Pengaruhi Kualitas

Jombang - Perawatan budidaya pertanian sejak masa tanam berpengaruh pada kualitas hasil panen. Demikian, benang merah diskusi pertanian bertema “Peningkatan Kuantitas Produksi Padi Tidak Diimbangi dengan Peningkatan Kualitas” dalam program acara Warung Komunitas (Warkom) di Radio Komunitas Suara Warga, Rabu (24/3) pagi.

Sejumlah pihak mengkhawatirkan, kualitas gabah hasil panen pada tahun ini mengalami penurunan. Pasalnya, saat masa panen ini musim hujan berlangsung. Rendaman banjir di beberapa wilayah di Kabupaten Jombang juga berpengaruh pada kualitas gabah hasil panen. Selain itu, perawatan budidaya pertanian sejak masa tanam diyakini berpengaruh pada kualitas gabah.

Wakil Kepala Bulog Devisi Regional Surabaya Selatan, Awaluddin Iqbal mengatakan, saat ini kondisi kualitas gabah dari petani Jombang masih cukup baik. Namun, pihaknya mengakui telah melakukan penolakan penerimaan gabah yang kualitasnya dibawah standart. “Kalau yang sekarang (sudah) memang lebih bagus, tetapi kita juga banyak menolak,” katanya.

Wage, Ketua IPPHTI Jombang mengatakan, petani perlu mendapatkan sosialisasi dan pemahaman terhadap pengolahan tanah dan tanaman agar hasil panennya berkualitas. “Yang penting sekarang itu, petani perlu mendapatkan pengertian pengolahan tanaman, mulai dari olah tanah sampai dengan pasca panen,” ujarnya.

Pernyataan senada dikatakan Ketua Lembaga Pengembangan Pertanian NU Jombang, Muhammad Subhan. Menurutnya, untuk menjaga kualitas hasil panen harus dimulai sejak masa tanam dan tetap memperhatikan pengolahan tanah.

Diskusi pada program acara Warkom di Radio Komunitas Suara Warga Jombang juga dihadiri Hadi Purwantoro dan Supraptono dari Dinas Pertanian Jombang. (Ms/Er)

Monday 22 March 2010

Membasmi Hama Dengan Pestisida Organik

Penggunaan pestisida organik cukup mendukung untuk mengatasi masalah gangguan serangan hama tanaman komersial. Pestisida organik pun dapat menjamin keamanan ekosistem. Dengan pestisida organik, hama hanya terusir dari tanaman petani tanpa membunuh. Selain itu penggunaan pestisida organik dapat mencegah lahan pertanian menjadi keras dan menghindari ketergantungan pada pestisida kimia.

Ramuan Pengendali Hama Dari Pestisida Organik

Ramuan Pengendali Hama Wereng dan Ulat
Bahan dan Cara Pembuatan

Tembakau
Daun mindi
Daun arum dalu (sedap malam)
Daun jenu/tuba (Derriseleptica)
Labu siam Masing-masing daun mindi, daun sedap malam dan daun jenu/tuba ditumbuk halus secara terpisah dengan mencampurkan sedikit air, kemudian diperas pada wadah yang berbeda beda.

Ketiga air perasan bahan-bahan di atas dicampur dengan perbandingan 1 : 1 : 1

Rebus daun tembakau hingga mendidih, biarkan hingga dingin dan air sarinya diambil

Iris labu siam untuk diambil getahnya

Seluruh bahan-bahan di atas dicampur hingga
merata dan masukkan ke dalam botol, kemudian diamkan selama satu minggu

Bahan tersebut siap digunakan dengan
melarutkan ke dalam air dengan perbandingan 1– 2 sendok teh untuk 1 liter air.

Ramuan Mengatasi Ulat
Bahan Cara Pembuatan Kegunaan

Daun gamal/Gliricidia 1 Kg
Tembakau 2 ½ gram

Daun gamal ditumbuk sampai halus dan dimasak dengan 5 liter air, lalu dinginkan.

Tambahkan tembakau sambil diaduk-aduk.
Didiamkan selama satu malam.

Air sarinya siap digunakan dengan perbandingan ¼ liter untuk 10 liter air.

Ramuan ini berguna untuk memberantas ulat gerayak dan ulat lainnya.
.
Ramuan Mengatasi Hama Wereng
Bahan dan Cara Pembuatan Kegunaan

Buah kecubung
wulung 2 butir
Akar jenu/tuba 1 kg
Air 1 liter
Bahan-bahan ditumbuk halus dan direbus sambil diaduk-aduk hingga airnya mendidih

Dinginkan dan airnya disaring

Bahan siap digunakan, 1 liter bahan dicampur
dengan 16 liter air untuk memberantas hama wereng.

Ramuan Pengendali Walang Sangit
Bahan Cara Pembuatan

Brotowali 1 Kg
2 butir buah kecubung
Kedua bahan ditumbuk halus dan direbus dengan 1 liter air

Dinginkan kemudian disaring

Bahan siap digunakan dengan mencampurkan
16 liter air

Ramuan Pengendali Ulat Penggerek Batang dan Ulat Gerayak
Bahan dan Cara Pembuatan
Daun sampang
Daun soka geni
Daun mindi
Labu siam
Bahan-bahan dedaunan ditumbuk halus
kemudian airnya diperas.

Ambil getah labu siam, lalu dicampur dengan perasan dedaunan

Bahan didiamkan 1 minggu

Bahan siap digunakan untuk 1 – 2 sendok
dicampur dengan 1 liter air




HPP Naik, Harga Gabah Jatuh

Jombang – Meski pemerintah menetapkan kenaikan Harga Pemebelian Pemerintah (HPP) sebesar 10%, namun harga gabah di tingkat petani masih jauh dari HPP. Harga Gabah Kering Panen (GKP) yang diterima petani berkisar antara Rp. 2.100,- hingga 2.400,- per kilogram.

Sekretaris Desa Watudakon, Sumobito, Jombang, Burhanuddin mengatakan, petani di desanya rata-rata hanya mampu menjual gabah kategori GKP sampai dengan harga Rp 2.300,- per kilogram. Situasi ini membuat petani terdesak.

Menurut Burhanuddin, harga jual gabah dibawah HPP terjadi karena petani hanya bisa berhubungan dengan tengkulak. “Petani terdesak, apalagi pemerintah tidak memiliki inisiatif untuk membeli gabah langsung dari petani,” ujarnya, Senin (22/3) siang.

Kepala Dusun Jungkir, Desa Watu Dakon, Ahmad menilai, pemerintah terkesan tidak peduli pada kondisi petani. Petani dibiarkan terjebak pada kesulitan memasarkan gabah dengan harga yang tidak pantas.

Disisi lain, Nur Hadi, warga desa Watu Dakon mengaku terpaksa menjual gabah dengan harga yang ada karena terdesak kebutuhan pendidikan putra putrinya.

Kondisi serupa terjadi di Desa Carang Rejo, Kecamatan Kesamben. Rata-rata, harga GKP yang diterima hanya mencapai Rp 2.400,- perkilogram.

Sebelumnya, harga gabah kering panen (GKP) di wilayah Kecamatan Perak, Gudo, dan Bandar Kedungmulyo, berkisar antara Rp 2.100/kg hingga Rp 2.400/kg.

Kondisi ini membuat petani mengeluh. Pasalnya, berdasarkan Harga Penetapan Pemerintah (HPP) tahun 2010, harga gabah kering panen (GKP) sebesar Rp 2.640/kg.

Petani menduga, anjloknya harga gabah saat musim karena rendahnya perhatian pemerintah dan kuatnya permainan pasar. “Sebenarnya bukan hanya karena kualitas gabah. Tetapi ini juga karena permainan para tengkulak,” kata Matroji, petani asal Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Rabu (17/3) lalu. (Ms/Er)

Sunday 21 March 2010

Pestisida Organik, Mengapa Tidak?

Tidak bisa dipungkiri bahwa pestisida adalah salah satu hasil teknologi modern dan mempunyai peranan penting dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Pestisida merupakan zat kimia serta jasad renik dan virus yang digunakan membunuh hama dan penyakit. Dan sektor terbesar yang sering memakai pestisida adalah sektor pertanian. Penggunaannya meliputi sektor perikanan, perkebunan dan pertanian tanaman pangan yang menangani komoditi padi, palawija, dan hortikultura (sayuran, buah-buahan dan tanaman hias).

Penggunaannya dengan cara yang tepat dan aman adalah hal mutlak yang harus dilakukan mengingat walau bagaimanapun, pestisida adalah bahan yang beracun. Penggunaan pestisida yang salah atau pengelolaannya yang tidak bijaksana akan dapat menimbulkan dampak negatif, baik langsung maupun tidak langsung, bagi kesehatan manusia dan lingkungan.




Fakta dan Data Akibat Buruk Pestisida

1.Ditemukannya data penyakit-penyakit akut yang diderita pada kelompok petani, seperti hamil anggur pada isteri-isteri petani di Lembang.
2.12 orang petani di Klaten meninggal dunia akibat keracunan pestisida.
3.18 penduduk transmigrasi di Lampung Utara meninggal akibat racun tikus, penyakit kulit eksim basah, TBC, kanker saluran pernafasan.
4.25% dari 2400 wanita pada tahun antara 1959 – 1966 yang pernah melahirkan bayi dengan bobot di bawah normal memiliki kandungan DDT yang telah terurai pada darahnya lima kali lebih besar dari kadar normal.
5.Tahun 2001 terjadi kematian pada ayam-ayam di sekitar lahan pertanian akibat akumulasi paparan pestisida yang terbawa angin. (Kusnadi Umar Said, Puncak Jawa Barat).
6.Logam berat yang merupakan unsur pestisida biasanya ditimbun di dalam hati, sehingga mempengaruhi metabolisme dan menyebabkan kerusakan pada ginjal.
7.Pestisida juga dapat mengganggu peredaran hormon sehingga menyebabkan efek testikular dan menimbulkan sejumlah penyakit seperti kanker prostat, problem reproduksi perempuan, kanker payudara, dan perubahan perilaku.
8.Sebuah penelitian di Cina, bahkan mengungkap pria yang terkena pengaruh pestisida selama bekerja ternyata berisiko mendapat gangguan kualitas sperma yang dapat mempengaruhi kesuburan.
9.Ditemukan katak cacat tanpa sebelah kaki akibat penggunaan pestisida kimia oleh staf pengajar Jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan Fak. Kehutanan IPB.


Membasmi Hama Dengan Pestisida Organik
Penggunaan pestisida organik cukup mendukung untuk mengatasi masalah gangguan serangan hama tanaman komersial. Pestisida organik pun dapat menjamin keamanan ekosistem. Dengan pestisida organik, hama hanya terusir dari tanaman petani tanpa membunuh. Selain itu penggunaan pestisida organik dapat mencegah lahan pertanian menjadi keras dan menghindari ketergantungan pada pestisida kimia.

Penggunaan pestisida organik harus dilakukan dengan hati-hati dan dengan kesabaran serta ketelitian. Banyaknya pestisida organik yang disemprotkan ke tanaman harus disesuaikan dengan hama. Waktu penyemprotan juga harus diperhatikan petani sesuai dengan siklus perkembangan hama. Untuk pencegahan adanya hama, penyemprotan dapat dilakukan secara periodik pada tanaman sayuran. Sebaiknya dalam waktu satu minggu sekali atau disesuaikan dengan ada tidaknya hama karena hama selalu berpindah.

Berbagai Jenis Pestisida Organik:
Pestisida yang berasal dari ikan mujair;
Pestisida dari ikan mujair dapat mengatasi hama tanaman terong dan pare, baik itu ulat, serangga, ataupun jamur.

Cara membuat pestisida organik dari ikan mujair : 1 kg ikan mujair dari empang, dimasukkan ke plastik, dibiarkan selama 3 hari. Kemudian direbus dengan dua liter air selama dua jam dan disaring. Dapat digunakan secara langsung atau ditambahkan tembakau dahulu.

Pestisida yang diperoleh dari biji mahoni, kunyit, jahe, serai dan cabe;
Pestisida dari mahoni berguna untuk mengatasi hama tanaman terong dan pare, baik itu ulat, serangga, ataupun jamur. Pestisida dari kunyit, jahe, serai berguna untuk mengatasi jamur tanaman dan buah. Sedangkan, pestisida dari cabe untuk mengatasi semua jenis hama kecuali hama di dalam tanah.

Pembuatannya dengan dihaluskan, diberi air, diperas dan disaring. Khusus untuk pestisida dari cabe, saat penyemprotan harus hati-hati jangan sampai berbalik arah mengenai manusia.

Selain dengan pestisida organik buatan, pengusiran hama lalat buah juga dapat dilakukan dengan pengalihan perhatian hama pada warna-warna yang disukainya. Caranya, dengan memasang warna tertentu yang bisa menarik lalat buah di sekitar tanaman. Pertanian secara tumpang sari juga bisa menjadi alternatif mengurangi hama tanaman tertentu. (*)

Bersambung
Disajikan oleh Lembaga Pengembangan Pertanian NU dan Lembaga Kajian & Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) NU Jombang

Thursday 18 March 2010

PERTANIAN



Puluhan Hektar Tanaman Padi Terancam Gagal Panen

Jombang – Puluhan hektar tanaman padi di beberapa Kecamatan di Kabupaten Jombang terancam gagal panen. Rendaman banjir dan serangan hama wereng membuat sejumlah petani diliputi kecemasan.

Banjir yang melanda sebagian wilayah Kecamatan Perak pada Kamis (18/3) pagi, membuat puluhan hektar tanaman padi siap panen terendam air. Petani khawtir, akibat genangan air tanaman yang siap panen tersebut akan mengalami kerusakan. Selain menggenangi lahan pertanian, banjir juga menggenangi ratusan rumah penduduk serta gedung sekolah.

Sedangkan, di Kecamatan Ngoro, ancaman gagal panen juga menghantui petani karena serangan hama wereng. Sejak dua minggu terakhir ini, hama wereng menyerang puluhan hektar lahan pertanian milik sejumlah petani.

Menurut Sunaryo, salah seorang petani Desa Genukwatu Kecamatan Ngoro, serangan hama wereng membuat dirinya dan petani lain kelimpungan. Pasalnya, kurang dari dua minggu tanaman padi mereka sudah waktunya di panen. “Padahal kurang dua minggu lagi sudah panen,” ujarnya.

Para petani, sebenarnya sudah melakukan upaya penangkalan hama wereng. Namun usaha tersebut tidak membuahkan hasil. “Kami sudah melakukan penyemprotan pestisida setiap dua hari sekali. Tetapi, Hama wereng terus menyerang dan padi banyak yang mati,” kata Sanusi, petani lainnya. (Ms/Er)

Sunday 14 March 2010

Bank Khusus Pertanian Masih Terkendala UU


Friday, 12 March 2010 15:52 Aan Anshory
Meski keberadaan Bank Pertanian sudah dimandatkan dalam UU No. 41 Tahun 2009 yang disahkan oleh DPR pertengahan September lalu, namun nampaknya realisasinya masih jauh panggang dari api.
Pendirian bank yang khusus untuk membiayai usaha pertanian tersebut memerlukan dukungan dan perlu ada kemauan politik dari pemerintah, baik pusat maupun daerah.Tanpa itu, dalam waktu lima tahun ke depan Indonesia bakal tetap mengalami kesulitan, apalagi produksi pertanian sangat rentan terhadap gangguan iklim.
Demikian papar Wakil Komisi IV DPR RI Jafar Hamzah pada seminar Membangun Pertanian, Menuju Kesejahteraan Petani yang digelar Forum Wartawan Pertanian di Jakarta, Selasa (16/2).

Ia mengemukakan, pendirian Bank Pertanian RI harus ada mendapat dukungan politik secara penuh, baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Menurutnya, tanpa itu, dalam waktu lima tahun ke depan Indonesia bakal tetap mengalami kesulitan, apalagi produksi pertanian sangat rentan terhadap gangguan iklim.
Dalam lima tahun ke depan pemerintah harus bisa membentuk bank pertanian. Jika dalam lima tahun ke depan tidak ada lembaga keuangan khusus bidang pertanian, maka tidak akan ada terobosan dalam pembangunan dan pengembangan bidang pertanian di Indonesia, kata Jafar Hafsah.

Ia menganggap, bidang pertanian itu sangat unik dan bagaikan anak anak yatim, sehingga harus ada regulasi khusus dalam mengikuti musim tanam. Menurutnya, bank pertanian akan bisa menyesuaikan diri dengan keunikan yang ada pada bidang pertanian, termasuk tingginya resiko dalam usaha pertanian. Bank itu juga dapat mempermudah petani dalam permodalan. "Jadi program pembiayaan pertanian jangan sekedar hanya skim kredit saja. Juga jangan sekedar bantuan ke kelompok tani atau gabungan kelompok tani, karena akan habis begitu saja," kata Jafar.
Sementara itu Wakil Rektor IPB, Prof Hermanto Siregar di tempat sama mengatakan bahwa kehadiran sebuah bank pertanian jelas akan sangat bermanfaat dan dibutuhkan. Negera-negara China, Vietnam, Thailand dan Afrika Selatan sudah mempunyai bank pertanian. Dalam waktu dekat pemerintah bisa mengembangkan Bank Pembangunan Daerah (BPD) sebagai sebuah bank yang khusus melayani bidang pertanian, katanya.
Dikemukakan bahwa potensi BPD sebagai bank pertanian cukup besar, karena saat ini saja total simpanan BPD di SBI (Sertifikat Bank Indonesia) mencapai Rp 113 triliun. Menurutnya, harus ada solusi untuk mendukung hal itu, dengan tahap awal bisa saja dua atau tiga kantor BPD menjadi basis dalam pemberian kredit pertanian.
Sebelumnya, sebulan setelah disahkannya UU ini, Menteri Pertanian Suswono menargetkan bank khusus pertanian akan terealisasi sebelum tahun 2014. "Dalam waktu lima tahun bisa diwujudkan bank yang spesifik untuk pertanian," kata Suswono saat meresmikan Pameran Pekan Buah Tropika Nusantara Indonesia Tropical Fruit Festival di pelataran Carrefour Lebak Bulus Jakarta Selatan, pertengahan Nopember lalu. Departemen yang dipimpinnya saat ini tengah menginisiasi berdirinya bank khusus pertanian dalam lima tahun mendatang.
Terkendala UU Perbankan
Sayangnya keoptimisan Menteri asal PKS ini harus berhadapan dengan masalah yang cukup mendasar, yakni terkendala oleh UU Perbankan. Dalam salah satu pasal UU Perbankan dimana pembentukan bank khusus tidak diperbolehkan kecuali bank syariah. Kendala ini jauh hari telah disuarakan oleh mantan Menteri Pertanian Anton Apriyantono. Menurut dia, upaya untuk memperjuangkan pembentukan bank pertanian telah dilakukan namun hal itu selalu terhenti pada aturan perundang-undangan yang berlaku.
Anton mengakui, sebenarnya bank-bank yang sudah ada selama ini bisa saja memberikan pelayanan kredit ke petani sehingga tidak perlu membentuk bank khusus pertanian.
Namun demikian, tambahnya, sistem yang diterapkan perbankan saat ini tidak memberikan peluang kepada petani kecil untuk mengakses permodalan. “Dengan suku bunga kredit yang ditetapkan sangat tinggi serta persyaratan agunan bagaimana mungkin petani kecil bisa memperoleh kredit,” katanya mempertanyakan. (Aan/matanews/news-kominfo)




Thursday 11 March 2010

MENGHADAPI PANEN RAYA Pemerintah Agar Efektifkan Peran Lumbung


Diskusi pengamanan harga gabah saat panen raya di Radio Komunitas Suara Warga Jombang. Hadir dalam talkshow tersebut, Perwakilan Dinas Pertanian, Kantor Ketahanan Pangan, serta Bulog dan Ketua Lembaga Pengembangan Pertanian NU Jombang.





Jombang - Kepala Bidang Ketahanan Pangan, Dinas Pertanian Jombang, Hadi Purwantoro memperkirakan jumlah hasil produksi gabah tahun ini meningkat dibanding tahun 2009. Anjloknya harga gabah saat panen raya masih berpotensi terjadi.

Dalam talkshow di Radio Komunitas Suara Warga Jombang, Rabu (9/3) pagi, Hadi mengatakan, untuk menjaga kualitas gabah dan menghindarkan jatuhnya harga saat panen raya, petani diharapkan tidak melakukan panen saat matahari belum naik.

Nis Suhartini dari Kantor Ketahanan Pangan Jombang mengatakan, untuk menjaga agar harga gabah tidak turun saat panen raya, Pemkab Jombang telah menyediakan lumbung padi yang tersebar pada 42 Desa. Saat panen, petani diharapkan bisa memanfaatkan lumbung yang telah tersedia.

Ketua Lembaga Pengembangan Pertanian NU Jombang, Muhammad Subhan mengungkapkan, fenomena anjloknya harga gabah saat panen raya karena lemahnya peran pemerintah dalam menjaga kedaulatan pangan. Menurutnya, peran Badan Urusan Logistik (Bulog) perlu ditingkatkan efektifitasnya.

Selain itu, keberadaan lumbung di 42 Desa di Kabupaten perlu dievaluasi. “Pemerintah Daerah juga perlu mendorong lumbung agar lebih efektif. Jangan hanya membuat (lumbung) kemudian dibiarkan,” ujar Subhan. (Ms/Er)




Mengolah Limbah Tanaman Menjadi Pakan Ternak



Peternakan kambing yang memanfaatkan metode fermentasi pakan ternak.







Pada edisi 199, Selasa, 9 Maret 2010,
Koran Selembar Suara Warga (Kobar Warga) menyajikan teknik dan bahan dasar pembuatan pupuk organik padat dan cair. Pada edisi kali ini, Kobar Warga bekerjasama dengan Lembaga Kajian & Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) NU dan Lembaga Pengembangan Pertanian NU Jombang, menyajikan informasi tentang pengolahan pakan ternak organik.

Pembuatan Pakan Ternak Organik
Faktor Kuantitas dan kualitas pakan merupakan faktor utama penentu keberhasilan usaha peternakan karena hampir 2/3 biaya produksi berasal dari pakan. Oleh karena itu, perhatian terhadap asupan zat makanan ke ternak akan sangat menentukan keberhasilan budidaya peternakan.

Ada 2 masalah utama yang menyebabkan pakan ternak khususnya pakan ternak ruminansia yang diberikan tidak memenuhi kecukupan jumlah dan asupan nutrient. Masalah pertama adalah bahan pakan pada umumnya berasal dari limbah pertanian yang rendah kadar protein kasarnya dan tinggi serat kasarnya. Tingginya kadar serat ini yang umumnya didominasi komponen lignoselulosa (karbohidrat komplek) yang sulit dicerna (McDonald et al., 2000).

Masalah lainnya adalah ketersedian pakan yang tidak kontinyu. Ini dikarenakan langkanya bahan pakan terutama di musim kemarau. Untuk mengatasi masalah tersebut berbagai terobosan telah dilakukan. Untuk meningkatkan nilai gizi dari pakan ternak yang umum dilakukan adalah dengan memebuat menjadi hijauan kering (hay), penambahan urea (amoniasi) dan awetan hijauan (silase).

Pengolahan bahan pakan dengan pengeringan sangat tergantung dengan musim/panas matahari sedangkan pengolahan dengan amoniasi (penambahan urea) acapkali terjadi kausus toksikasi karena tingginya amonia. Teknologi yang sekarang berkembang adalah pembuatan pakan tidak hanya sekedar awet (silase) tapi juga kadar nutrient sesuai dengan kebutuhan gizi ternak.

Kenapa Dibuat Silase Komplit?
Dikarenakan sebagian besar pakan sapi mengandung serat yang tinggi, pengolahan bentuk silase memiliki beberapa keunggulan. Silase merupakan hijauan yang diawetkan dengan cara fermentasi dalam kondisi kadar air yang tinggi (40-80 persen).

Keunggulan pakan yang dibuat silase adalah pakan awet (tahan lama), tidak memerlukan proses pengeringan, meminimalkan kerusakan zat makanan/gizi akibat pemanasan serta mengandung asam-asam organik yang berfungsi menjaga keseimbangan populasi mikroorganisme pada rumen (perut) sapi. Konsep teknologi silase yang dikembangkan selama ini masih bersifat silase tunggal (single silage) dan proses pembuatannya dalam kondisi anaerob (tanpa oksigen).

Dalam praktek di lapangan, konsep silase ini cukup terkendala karena selain meminta tempat simpan (pemeraman) yang cukup vakum juga silase yang dihasilkan jika diberikan ke ternak hanya memenuhi 30-40 persen kebutuhan nutrisi ternak.

Berbeda dengan silase tunggal, silase komplit memiliki beberapa keunggulan :
1.Lebih mudah dalam pembuatannya karena tidak perlu memerlukan tempat pemeraman yang an-aerob, cukup dengan semi aerob.
2.Kandungan gizi yang dihasilkan juga lebih tinggi, dapat memenuhi 70-90 persen kebutuhan gizi ternak sapi.
3.Memiliki sifat organoleptis (bau harum, asam) sehingga lebih disukai ternak (palatable).

Teknik Pembuatan Silase Komplit
Prinsip pembuatan pakan komplit dalam bentuk silase ini seperti proses fermentasi pada umumnya. Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari 3 kelompok bahan yakni kelompok bahan pakan hijauan, kelompok bahan pakan konsentrat dan kelompok bahan pakan aditif.

Bahan pakan hijauan disini dapat berupa bahan pakan dari hijauan makanan ternak (HMT) seperti rumputgajah (Pennisetum purpureum), rumput kolonjono (Panicum muticum), Tanaman Jagung (Zea mays)dan rumput-rumput lainnya. Selain dari HMT, limbah-limbah dari sisa panen seperti jermai padi, jerami kedelai juga dapat digunakan. Bahan pakan ini sebagai sumber serat utama.

Kelompok bahan pakan konsentrat dapat berupa dedak padi/bekatul, onggok (ampas tapioka), ampas sagu, ampas tahu dan lain-lain. Bahan pakan konsentrat ini selain untuk memperbaiki kandungan nutrisi dari pakan yang dihasilkan juga berfungsi sebagai substrat penopang proses fermentasi (ensilase).

Kelompok ketiga adalah bahan-bahan aditif. Bahan aditif disini dapat terdiri dari campuran urea, mineral, tetes dan lain-lain.

Rasio dari ketiga kelompok bahan tadi dapat mengacu pada formula 7:2:1 atau 6:3:1 berturut-turut; untuk Hijauan : Konsentrat : Aditif yang didasarkan pada persentase berat. Pencampuran dilakukan dengan urutan komponen bahan aditif dicampur dulu dengan konsentrat selanjutnya dicampurkan ke hijauan. Jika kondisi hijauan atau limbah petanian agak kering maka diperlukan tambahan air sehingga kadar air campuran mencapai +40 persen.


Pembuatan Pakan Ternak Komplit

1. Bahan :
 Tongkol jagung 3 kg
 Jerami kedelai 2 kg
 Slamper jagung ½ kg
 Dedak halus (bekatul) 2 kg
 Kulit kopi 1½ kg
 Ampas tahu yang dikering angin 1 kg
 Molase/tetes tebu 30 cc
 Mikroba 15 cc
 Garam 1 sendok teh
 Air 2 liter
2. Alat :
 Sekrop
 Timba
 Kotak kayu
 Plastik
 Pengaduk

3. Cara Pembuatan :
 Campur ampas tahu dengan dedak halus dan slamper jagung sampai rata.
 Campur tongkol jagung dengan jerami kedelai dan kulit kopi sampai rata.
 Kedua campuran dicampur dengan membalik-balik agar rata,
 Buat larutan induk dengan cara mencampur molase/tetes tebu dengan mikroba pakan ternak, Supleemen, garam dan air sebanyak 2 liter.
 Siramkan larutan induk pada campuran bahan sambil dibalik-balik agar dapat merata pemberian larutan
 Tumpuk dan tutup dengan plastik penutup
 Biarkan sampai 7 hari, lakukan pembalikan setiap 2 hari

Informasi Kandungan Bahan Pakan
Sumber energi
Termasuk dalam golongan ini adalah semua bahan pakan ternak yang kandungan protein kasarnya kurang dari 20%, dengan konsentrasi serat kasar di bawah 18%. Berdasarkan jenisnya, bahan pakan sumber energi dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu:
a.Kelompok serealia/biji-bijian (jagung, gandum, sorgum)
b.Kelompok hasil sampingan serealia (limbah penggilingan)
c.Kelompok umbi (ketela rambat, ketela pohon dan hasil sampingannya)
d.Kelompok hijauan yang terdiri dari beberapa macam rumput (rumput gajah, rumput benggala dan rumput setaria).

Sumber protein
Golongan bahan pakan ini meliputi semua bahan pakan ternak yang mempunyai kandungan protein minimal 20% (berasal dari hewan/tanaman). Golongan ini dibedakan menjadi 3 kelompok:
a.Kelompok hijauan sebagai sisa hasil pertanian yang terdiri atas jenis daun-daunan sebagai hasil sampingan (daun nangka, daun pisang, daun ketela rambat, ganggang dan bungkil)
b.Kelompok hijauan yang sengaja ditanam, misalnya lamtoro, turi kaliandra, gamal dan sentero
c.Kelompok bahan yang dihasilkan dari hewan (tepung ikan, tepung tulang dan sebagainya).

Sumber Vitamin dan Mineral
Hampir semua bahan pakan ternak, baik yang berasal dari tanaman maupun hewan, mengandung beberapa vitamin dan mineral dengan konsentrasi sangat bervariasi tergantung pada tingkat pemanenan, umur, pengolahan, penyimpanan, jenis dan bagian-bagiannya (biji, daun dan batang). Disamping itu beberapa perlakuan seperti pemanasan, oksidasi dan penyimpanan terhadap bahan pakan akan mempengaruhi konsentrasi kandungan vitamin dan mineralnya.

Saat ini bahan-bahan pakan sebagai sumber vitamin dan mineral sudah tersedia di pasaran bebas yang dikemas khusus dalam rupa bahan olahan yang siap digunakan sebagai campuran pakan, misalnya premix, kapur, Ca2PO4 dan beberapa mineral.



Monday 8 March 2010

Pertanian Organik, Pertanian Masa Depan


Untuk mendukung gerakan pertanian organik dan pertanian selaras alam, selama beberapa edisi kedepan, Koran Selembar Suara Warga (Kobar Warga) menghadirkan edisi khusus yang menampilkan beberapa teknik dan bahan dasar pembuatan pupuk, pestisida serta pakan ternak organik.

Materi tentang pertanian organik, merupakan hasil kajian, penelitian dan uji coba yang dilakukan oleh Lembaga Kajian dan Pengembangan Manusia (Lakpesdam) NU serta Lembaga Pengembangan Pertanian NU Jombang.
Membuat Pupuk Organik
Saat ini telah berkembang teknologi fermentasi yang mampu mengolah atau mengurai bahan organik menjadi pupuk maupun pakan ternak dalam waktu yang relatif singkat yakni 1 sampai 3 minggu. Kalau dulu untuk mengolah kompos menghabiskan waktu 3 sampai bulan sehingga petani lama-lama enggan bikin kompos.



PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

PUPUK ORGANIK PADAT
Bahan :
Kotoran ternak (sapi,kambing dll) 5 kw
Jerami Padi 2 kw
Jerami kedelai (rendeng dele) 1 kw
Serbuk Gergaji 1 kw
Daun-daunan 1 kw
Dedak halus (bekatul) 5 kg
Molase/tetes tebu atau gula 1 liter
Mikroba (EM4) 1 liter
Air secukupnya
Alat :
Cangkul
Sekrop
Timba
Terpal
Cara Pembuatan :
Tahap Pertama ;
Campur ¼ liter molase/tetes tebu, ¼ liter mikroba, ½ gelas air aduk sampai rata.
Tambahkan dalam campuran tersebut sedikit demi sedikit dedak halus sambil diaduk (campuran induk)
Tahap Kedua
Campur ¾ liter molase/tetes tebu, ¾ liter mikroba dalam 10 liter air (larutan induk).
Tahap Ketiga ;
Pembuatan pupuk organik dilakukan secara berlapis.
Pada tiap lapisnya : bagian bawah adalah kotoran ternak diikuti serbuk gergaji, campuran induk, jerami padi, jerami kedelai dan daun-daunan.
Siramkan larutan induk dengan menambahkan air (untuk pengenceran) secukupnya sesuai kelembaban bahan.
Kemudian buat lapisan berikutnya sampai ketinggian lapisan maksimal 40 cm.
Setelah itu lapisan tersebut ditutup rapat selama 7 – 14 hari.
Sambil menunggu 7 – 14 hari setiap 2 hari lapisan tersebut dibalik.
Setelah 7 – 14 hari bahan organik sudah dapa dimanfaatkan sebagai pupuk.

PUPUK ORGANIK CAIR
Bahan :
Kencing Sapi 40 liter
Molase/tetes tebu 1 liter
Mikroba (EM4) 1 liter
Air kelapa 4 liter
Air cucian beras (leri) 5 liter
Empon-empon (temulawak, kunir, lengkuas) ½ kg
Alat :
Timba
Drum plastik
Pengaduk
Lumpang
Cara Pembuatan :
Masukkan kencing sapi pada drum plastik
Empon-empon dihaluskan/ditumbuk
Campur molase/tetes tebu, mikroba, air kelapa, air leri kemudian aduk sampai rata.
Tambahkan empon-empon yang sudah dihaluskan dalam campuran kemudian aduk sampai rata.
Masukkan campuran tersebut dalam drum plastik yan telah berisi kencung sapi.
Tutup rapat drum yang telah berisi campuran selama 7 hari, sambil menunggu pada hari ketiga drum dibuka dan lakukan pengadukan kemudian ditutup kembali,

Bersambung pada Edisi 200 (Jum’at, 12 Maret 2010).



Limbah Pasar dan Rumah Tangga untuk Pupuk Organik

Jombang – Disela-sela kesibukannya mengayuh becak, sejumlah abang becak Jombang mulai melirik untuk memanfaatkan limbah menjadi barang berguna. Limbah sayuran yang berasal dari pasar dan rumah tangga diolah menjadi pupuk organik.

Syaiful, salah seorang penarik becak mengatakan, ketertarikannya membuat pupuk organik dari limbah pasar dan rumah tangga diilhami dari kunjungannya ke Pusdakota Surabaya beberapa waktu lalu. Di Surabaya, Pusdakota bersama masyarakat Surabaya berhasil menangani masalah sampah dengan menjadikannya sebagai barang berguna. Sampah plastik dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan tangan, sedangkan limbah organic digunakan sebagai pupuk.

Pengalaman studi banding ke Surabaya tersebut memunculkan inspirasi para penarik becak untuk menjadikan sampah organik sebagai pupuk. “Kami tertarik karena sampah juga bisa dimanfaatkan dan tidak hanya bisa dibuang,” kata Syaiful, Minggu (7/3).

Pernyataan senada diungkapkan M Taufiq, Ketua Paguyuban Becak Jombang (Pabejo). Disela-sela kesibukan mengais rezeki dari mengayuh becak, sejumlah abang becak belajar memanfaatkan sampah organik menjadi pupuk. Kegiatan tersebut, kata Taufiq, sekaligus sebagai usaha memberdayakan anggota Pabejo.

Ketua Lembaga Pengembangan Pertanian NU Jombang, Muhammad Subhan mengatakan, kualitas pupuk organik antara limbah pasar dan rumah tangga dengan limbah sawah sama baiknya. Apa yang dilakukan abang becak sangat baik guna mengatasi persoalan sampah. “Limbah organik baik dari pasar maupun dari sawah sama-sama baik. Dan pengolahan sampah organik menjadi pupuk juga sangat karena akan membantu mengatasi masalah sampah,” urai Subhan saat mendampingi abang becak melakukan uji coba pembuatan pupuk organik di pusat penelitian dan uji coba organik pada Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) NU Jombang. (Ms)

Thursday 4 March 2010

NU Jombang Gelar Pelatihan Relawan Pengawas Mutu Gabah

Jombang – Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jombang menggelar pelatihan pengawasan mutu gabah, Senin (1/3). Kegiatan tersebut sebagai tindak lanjut antara hasil kesepakatan antara PCNU Jombang dengan Badan Urusan Logistik (Bulog) Sub Drive Surabaya Selatan.

Kegiatan yang digelar di kantor NU Jombang tersebut dimaksudkan sebagai langkah antisipasi masa panen yang diperkirakan bakal berlangsung pada pertengahan bulan Maret. Diharapkan, paska pelatihan ini para relawan NU bisa bekerja secara professional untuk mengawasi mutu gabah agar harga tidak jatuh saat panen raya.

Menurut Ketua Lembaga Pengembangan Pertanian NU Jombang, Muhammad Subhan, jatuhnya harga gabah saat panen raya, salah satunya disebabkan minimnya pemahaman petani tentang mutu gabah. Tidak jarang, kurangnya pemahaman petani pada mutu gabah yang sesuai dengan standar HPP dimanfaatkan para tengkulak.

“Pengawas mutu gabah saat ini dibutuhkan sebagai langkah antisipasi menjelang panen raya, sekaligus untuk melindungi petani dari permainan harga,” katanya.

“Dan sangat penting disosialisasikan tentang standar kualitas gabah yang layak jual serta daftar tabel rafraksi (penyesuaian) yang dikeluarkan Departemen Pertanian pusat,” tambah Subhan.

Dalam pelatihan relawan pengawas mutu gabah peserta pelatihan diberikan materi pemahaman menyeluruh tentang tata cara pemeriksaan beras atau gabah yang masuk di Dolog. Salah satu ketrampilan yang dimaksud adalah kemampuan mengukur kadar air gabah sesuai standar HPP.

Sekretaris PCNU Jombang, Hamid Bisri mengatakan, pengawasan terhadap mutu gabah sangat diperlukan agar petani tidak menjadi korban permainan harga. Karena itu, pihaknya mengambil peran pengawasan mutu gabah melalui relawan yang dibentuk oleh NU. “NU sebagai organisasi sosial keagamaan, peranananya dalam bidang keagamaan saya kira sudah cukup jelas. Tinggal aspek sosial menyangkut kehidupan warga kita salah satunya masalah ekonomi, khususnya petani agar mereka dapat memperoleh kehidupan yang layak,” jelasnya. (Mtb)

Hadapi Panen Raya Kelompok Tani Perlu Rapatkan Barisan

Jombang – Datangnya masa panen raya pada tertengahan bulan Maret diperkirakan akan berdampak pada turunnya harga gabah. Penurunan harga gabah disebabkan berlimpahnya stok gabah yang tidak diimbangi dengan jumlah permintaan.

Untuk menyelamatkan petani dari kerugian, pemerintah menetapkan kenaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar 10%. Pemerintah menetapkan kenaikan harga gabah kering panen (GKP) Rp 2.640 per kilogram, gabah kering giling (GKG) Rp 3.300 per kilogram, serta beras Rp 5.060 per kilogram. Ketetapan tersebut berlaku mulai Januari 2010.
Namun, meski HPP naik, sejumlah petani mengaku resah. Buruknya tata niaga pertanian serta lemahnya perlindungan pemerintah membuat sejumlah petani tidak yakin gabah mereka bakal dibeli sesuai ketentuan HPP.

Menurut Suwarno, Petani asal Dusun Sarirejo, Desa Trawasan, Kecamatan Sumobito, pengalaman selama beberapa tahun terakhir ini membuktikan, saat panen raya petani seringkali mengalami kerugian karena rendahnya harga gabah. HPP yang ditetapkan pemerintah setiap tahunnya tidak mampu melindungi petani karena kuatnya permainan harga.

Menurut Suwarno, meski HPP dinaikkan pemerintah, namun kenaikannya tidak cukup menguntungkan petani. “Toh, kalaupun HPP diketahui, tetapi biasanya dipakai alasan gabah yang ada tidak memenuhi spesifikasi mutu yang ditetapkan (HPP). Jadi ya lagi-lagi petani harus mengalah dan Bulog sebagai lembaga yang mestinya melindungi petani,” ujar Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sarirejo ini.


Meski demikian, Suwarno mengaku masih memiliki rasa optimis jika masalah anjloknya harga gabah bisa diatasi petani. “Salah satunya cara yang bisa dilakukan adalah membuat rancangan pasar tersendiri sehingga tidak lagi bergantung pada tengkulak,” katanya, Kamis (4/3). Suwarno mengatakan, hal itu mungkin diwujudkan asalkan petani mau berkonsolidasi bersama dan memperkuat kelompok tani masing-masing.

Ketua Lembaga Pengembangan Pertanian NU (LP2NU) Jombang, Muhammad Subhan mengatakan, disamping faktor cuaca yang mempengaruhi kualitas hasil panen, kerugian yang dialami petani saat penan raya merupakan akumulasi dari buruknya mekanisme tata niaga.

“Harus diakui bahwa ini adalah akibat buruknya tata niaga pertanian. Petani tidak bisa disalahkan hanya karena alasan cuaca,” ujarnya. Dia berharap, kelompok tani yang sudah terbentuk di masing-masing desa bisa memperkuat organisasinya agar bisa berperan saat panen raya.

Selain itu, Dinas Pertanian diharapkan bisa lebih intens melakukan pembinaan pada kelompok-kelompok tani. “Bagaimana upaya mendorong kemandirian petani, bagaimana mendorong kebersamaan petani, bagaimana melakukan penyadaran di petani itu hampir tidak ada,” kritik Subhan.

“Dinas pertanian seharusnya tidak hanya mendorong munculnya kelompok tani, namun juga membina mereka agar lebih berdaya. Apalagi, Dinas itu juga dilengkapi dengan perangkat penyuluh pertanian,” lanjut Subhan.

Subhan menambahkan, pembentukan Lembaga Pembelian Gabah (LPG) saat ini patut dievaluasi pemerintah. Pasalnya, sejak diberlakukan 4 tahun lalu, keberadaan lembaga tersebut hingga kini tidak membawa dampak positif bagi kesejahteraan petani.

“Dengan fasilitas anggaran yang mencapai miliaran rupiah, semestinya kinerja LPG ini juga mendapatkan pengawasan. Apakah selama ini mereka (LPG) melakukan kerja-kerja pengamanan harga sebagaimana diamanatkan?” kritiknya lugas. (Ms/Mtb)

Pemerintah dan Bulog agar Turun Tangan


Memasuki masa panen raya di Kabupaten Jombang, pemerintah diharapkan turun tangan untuk mengamankan harga gabah. Demikian harapan beberapa petani Jombang.

M Nur Salim, Petani Sumobito।

“Yang penting, saat panen raya nanti pemerintah dan Bulog menurunkan satgas (satuan tugas) untuk membeli langsung gabah dari petani,”


Suwito, Petani Perak

“Pemerintah perlu turun tangan agar harga tidak jatuh। Selama ini saat panen raya (harga) selalu jatuh,”




Ngadiman, Petani Tembelang

“Saat panen raya, harusnya Bulog itu bisa turun tangan dan mengambil gabah langsung dari petani. Sehingga petani tidak berurusan lagi dengan tengkulak,”