Tuesday, 8 June 2010

Catatan Dari Workshop Hasil Penilaian Resiko Bencana (3 - Selesai)

Tekan Resiko Bencana, Perlu Kerjasama Semua Kalangan

Diukur dari tingkat exposure, kerapuhan, ketidaktahanan dan bahaya, Desa Jarak Kecamatan Wonosalam san Desa Kademangan Kecamatan Mojoagung memiliki resiko bencana yang cukup tinggi. Keterlibatan multi stakeholder diyakini mampu meminimalisir ancaman banjir dan tanah longsor.

Demikian benang merah workshop Hasil Penilaian Resiko Bencana (risk assessment) di Desa Jarak dan Desa Kademangan yang diselenggarakan di Homestay Cempaka Mas Jombang, Selasa (25/5). Temuan itu berdasarkan hasil riset tim Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam-NU) Jombang di dua Desa tersebut selama 2 bulan.

Menurut Muhammad Subhan, anggota tim peneliti risk assessment di Desa Kademangan Kecamatan Mojoagung mengatakan, untuk meminimalisir ancaman banjir perlu dilakukan upaya stategis berkelanjutan dengan melakukan penghijauan pada lahan peyangga serta perbaikan sistem tata air. Disamping itu upaya taktis dengan melakukan pengerukan sedimentasi dan pembuatan plengsengan di sungai penghubung juga perlu dilakukan.

Namun, kata Subhan, upaya-upaya tersebut tidak bisa dilakukan secara sendiri-sendiri, tetapi harus melibatkan semua pihak. “Untuk meminimalisir ancaman banjir perlu dibentuk tim advokasi multi stakeholder,” ujarnya.

Pernyataan senada dikatakan Zainul Arif, anggota tim peneliti risk assessment di Desa Jarak Kecamatan Wonosalam. “Dengan resiko bencana yang cukup tinggi, maka perlu ada upaya peningkatan pengetahuan warga tentang pengusaan teknik pertanian organik berwawasan konservasi lingkungan. Tentunya, upaya ini harus dilakukan secara bersama-sama antar seluruh stakeholder yang terkait,” katanya.

Ketua Lakpesdam NU Jombang, Muhammad Hasyim mengatakan, melihat problem yang dihadapi masyarakat Desa Jarak dan Kademangan berdasarkan hasil penilaian resiko bencana memang diperlukan kerjasama semua pihak. “Dilihat dari konteks masalah, sebenarnya ini bukan semata soal cuaca. Disitu ada masalah lingkungan, hutan, pengelolaan air dan fasilitas jalan yang harus ditangani bersama,” ujarnya, Kamis (25/5) siang.

Dia menyebutkan, selain masyarakat beserta multi stakeholder lainnya, peran Perhutani sebagai pemangku hutan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan serta PDAM sebagai pihak yang memanfaatkan sumber dari pegunungan Anjasmoro sangat penting untuk meminimalisir resiko bencana di wilayah Jarak hingga daerah Mojoagung.

Sementara itu, Arifah Anas, Manajer program Lakpesdam NU Jombang mengaku masih menyimpan kegalauan atas upaya penanganan resiko bencana di daerah Jarak Wonosalam. Berdasarkan hasil risk assessment di Desa Jarak, salah satu solusi penting untuk menekan resiko bencana di daerah pegunungan Anjasmoro adalah melakukan konservasi lingkungan.

Namun, menurut Arifah, rekomendasi tersebut akan sia-sia jika pihak yang terkait langsung tidak terlibat. “Konservasi lingkungan itu terkait erat dengan Perhutani serta Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Jadi, kalau mereka tidak terlibat upaya itu akan sulit terlaksana,” katanya.

Arifah mengatakan, dalam workshop Hasil Penilaian Resiko Bencana yang dihadiri sejumlah SKPD Jombang serta masyarakat Desa Jarak dan Kademangan, Selasa (25/5) lalu, pihaknya sebenarnya berharap ada masukan berharga dari Perhutani serta Dinas Kehutanan dan Perkebunan.

“Ada banyak masukan dari beberapa Dinas serta masyarakat yang hadir saat workshop kemarin. Tetapi, masukan-masukan itu menjadi kurang lengkap karena instansi yang terlibat dalam masalah hutan dan perkebunan tidak hadir,” ujarnya.

Meski demikian, pihaknya akan segera melakukan koordinasi dengan Perhutani serta Dinas Kehutanan dan Perkebunan untuk menemukan solusi bersama berdasarkan hasil penilaian resiko bencana di Desa Jarak Kecamatan Wonosalam dan Desa Kademangan Kecamatan Mojoagung. (Ms)

Perwakilan Dinas Pertanian Kabupaten Jombang menyampaikan tanggapan Hasil Penilaian Bencana di Desa Kademangan, Mojoagung dan Desa Jarak, Wonosalam, di Cempaka Mas Jombang, Selasa (26/5) lalu.

Thursday, 3 June 2010

Catatan Dari Workshop Hasil Penilaian Resiko Bencana di Jombang (2)

Catatan Dari Workshop Hasil Penilaian Resiko Bencana di Jombang (2)
Desa Kademangan Perlu Perbaikan Sistem Tata Air

Setiap tahun, banjir di Desa Kademangan Kecamatan Mojoagung selalu menggenangi perkampungan warga. Keterlibatan multi stakeholder diharapkan mampu menekan ancaman bahaya banjir Di Desa tersebut.
Berdasarkan fakta sejarah kebencanaan, Desa Kademangan, Mojoagung berulangkali mengalami bencana alam khususnya banjir. Dalam waktu 1 tahun banjir yang terjadi mencapai 6 sampai 12 kali dengan besaran yang bervariatif. Banjir paling besar terjadi pada tahun 1985, 1991, 2007 dan tahun 2008.

Menurut Muhammad Subhan, anggota tim peneliti Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam-NU) Jombang untuk melakukan penilaian resiko bencana di Desa Kademangan, banjir yang kerap melanda Desa Kademangan tidak lepas dari kondisi Desa. Secara topografi, Desa Kademangan merupakan desa yang rendah dan berpemukaan mangkok sehingga menjadi langganan banjir tahunan.
Sistem Perekonomian Sakit, Rakyat Harus Bangkit


Jombang – Sistem ekonomi kerakyatan di Indonesai sedang sakit. Untuk menciptakan sistem ekonomi yang sehat dan mampu mengangkat rakyat dari keterpurukan ekonomi, masyarakat perlu mengembangkan sistem yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan rakyat kecil.

Demikian dikatakan KH. Sholahuddin Wahid, pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Rabu (26/5) malam. Menurut Gus Sholah, untuk membangun sebuah sistem perekonomian yang baik harus dimulai dengan semangat yang jujur dan bisa dipercaya.

Saat ini, kata Gus Sholah, sulit dijumpai lembaga keuangan atau perbankan yang betul-betul memperhatikan keuntungan bagi nasabah atau anggotanya. “Terkesan cukup sulit memang untuk memperbaiki sistem perekonomian di Indonesia, namun itu bukan berarti tidak bisa dilakukan,” ujarnya saat diskusi public bertajuk Ekonomi Kerakyatan di halaman kantor Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) Jombang.

Menurut Gus Sholah, untuk membangun perekonomian yang bisa mengentaskan rakyat dari keterpurukan, rakyat harus bangkit dengan mengandalkan diri sendiri. “Kalau perekonomian negara sudah sakit rakyat harus bangkit sendiri karena negara memang sudah tidak bisa diharapkan,” katanya.

Kacung Marijan, Ketua PW Lakpesdam NU Jawa Timur mengatakan, selama ini pemerintah menyuntikkan dana kepada lembaga keuangan rakyat dalam bentuk pinjaman. Namun pinjaman itu diformat seolah-olah itu adalah pertolongan dari negara kepada rakyat. “Sehingga aspek pendidikannya diabaikan. Akibatnya ya tidak sedikit lembaga keuangan rakyat yang akhirnya ambruk dan modal pun kembali menjadi milik pemerintah, sementara rakyat tidak dapat apa-apa,” kritiknya lugas.

Kacung mengatakan, membangun lembaga keuangan yang berbasis kerakyatan yang baik adalah jika modal diperoleh dari rakyat itu sendiri dan keuntungannya juga diperuntukkan bagi rakyat. “Dari yang saya amati itu, membangun ekonomi rakyat ya harus dimulai dengan modal rakyat yang nantinya digunakan sendiri oleh rakyat itu sendiri, jadi sangsi atas pelanggaran juga untuk diri sendiri,” tuturnya.

Ungkapan senada disampaikan Francis Wahono, Direktur Yayasan Cindelaras Paritrana Yogyakarta. Dia bahkan menawarkan Credit Union (CU) sebagai alternatif untuk membangun perekonomian.

Menurut Wahono, selama ini rakyat Indonesia menjadi miskin karena beberapa faktor. “Satu, tidak disediakannya lapangan pekerjaan yang layak, dua tidak pernah menyisihkan sedikit uang untuk menabung. Seperti itulah problemnya sehingga rakyat Indonesia tetap miskin,” katanya.

Wahono menjelaskan, sebagai media membangun ekonomi rakyat, Credit Union (CU) merupakan alternatif sederhana dan cocok. Karena dalam prakteknya, CU tidak mengutamakan pemodal besar. “CU itu tidak mengutamakan pemodal besar. Kalau ada yang punya banyak uang ya harus berlagak menjadi pemodal kecil. Ikuti aturan rakyat mengumpulkan sedikit demi sedikit lalu dipinjam sendiri.” (Ms/Er)

Thursday, 27 May 2010

Resiko Bencana Tinggi, Desa Jarak Perlu Konservasi Lingkungan

Catatan Dari Workshop Hasil Penilaian Resiko Bencana di Jombang (1)

Kondisi hutan yang rapuh dan dampak perubahan iklim menambah potensi terjadinya bencana alam di Kabupaten Jombang. Bencana alam tersebut berupa banjir dan tanah longsor.

Setelah melakukan penelitian selama 2 bulan untuk melakukan penilaian terhadap resiko bencana di Desa Jarak Kecamatan Wonosalam dan Desa Kademangan Kecamatan Mojoagung, Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) Jombang menyimpulkan, tingkat resiko bencana alam di dua Desa tersebut cukup tinggi.

Kesimpulan tersebut disampaikan dalam Workshop Hasil Risk Assesment (Penilaian Resiko Bencana) di Desa Jarak dan Desa Kademangan di Homestay Cempaka Mas Jombang, Selasa (25/5). Ratusan peserta dari kedua Desa tersebut turut mengikuti pemaparan hasil penilaian resiko bencana di Desa mereka.

Hasil risk assessment di Desa Jarak Kecamatan Wonosalam disampaikan Zainul Arif, anggota tim peneliti di wilayah Desa tersebut.

Menurut Zainul, dari data yang dikumpulkan dengan metode observasi, pemetaan wilayah, live in, wawancara, diskusi terfokus dan pengambilan sampling, di wilayah Desa yang berada di pegunungan Anjasmoro tersebut memiliki tingkat resiko bencana yang cukup tinggi. “Tingkat resiko bencana masyarakat Desa Jarak sangat tinggi jika diukur dari nilai exposure, kerapuhan, ketidaktahanan, bahaya,” ujarnya.

Temuan tersebut, kata Zainul, didasarkan pada variabel yang mengkaji pada indikator mata pencaharian, serta indikator bahaya dan kerentanan. “Untuk indikator bahaya, kita mengkaji seberapa sering bencana terjadi di wilayah Jarak dan bagaimana dampak kepada masyarakat,” jelasnya.

Zainul mengungkapkan, berdasarkan fakta sejarah kebencanaan yang terjadi di Desa Jarak Kecamatan Wonosalam, wilayah tersebut menyimpan potensi bencana yang patut diwaspadai semua pihak. Ia menyebutkan, pada tahun 1984 pernah terjadi bencana alam banjir dan tanah longsor yang menyebabkan 4 ternak hilang, 3 jembatan hilang dan 10 rumah hilang.

Pada 2004 terjadi bencana serupa yang menyebabkan 5 rumah penduduk rusak, 22 ternak kambing dan 3 jembatan hilang, serta 2 plengsengan rusak berat dan 17 Hektar kebun warga hilang sepanjang DAS. Disamping itu, bencana tersebut juga menyebabkan jalan hilang atau putus sepanjang 175 m.

Sedangkan, pada tahun 2006, 2 jembatan rusak dan 26 rumah hilang akibat banjir dan tanah longsor. Bencana alam tersebut menyebabkan sebuah tempat ibadah juga rusak, 3 Plengsengan rusak berat, 26 ternak hilang dan kebun warga hilang. “Saat itu kerugian ditaksir sampai Rp. 1,4 Milyar. Itupun belum termasuk kerugian psikologi dan tenaga sukarela warga untuk upaya normalisasi jalan dan jembatan,” jelas Zainul Arif.

Dari hasil risk assessment tersebut, tim peneliti dan masyarakat desa Jarak merekomendasikan beberapa langkah sebagai bentuk antisipasi bencana alam di wilayah Desa Jarak. Rekomendasi itu diantaranya, peningkatan pengetahuan warga tentang penguasaan teknik pertanian organik berwawasan konservasi lingkungan. “Selain itu, perlu juga untuk memperkuat analisis preventif terkait dengan situasi emergensi kebencanaan fasilitas umum, seperti jalan, drainase, teras siring, plengsengan, jembatan, terkait dengan longsor, banjir,” ujar Zainul Arif. (Ms)

Limbah Pertanian Bisa Dimanfaatkan untuk Pakan Ternak

Catatan Dari Loka Latih Petani Jombang


Salah satu faktor penentu suksesnya usaha peternakan adalah pemberian pakan ternak. Pemberian pakan yang sesuai baik secara kualitas maupun kuantitasnya sangat penting bagi tumbuh dan berkembangnya ternak sesuai dengan potensi genetisnya.

Sabtu (22/5) pagi, 39 petani dari sejumlah Kecamatan di Jombang berkumpul di sebuah musholla di Dusun Pulogedang, Desa Pulogedang, Kecamatan Tembelang. Mereka tidak sedang mengikuti acara pengajian layaknya kegiatan-kegiatan keagamaan yang kerap diselenggarakan di Musholla. Namun, para petani ini sedang beradu fikir untuk menggabungkan usaha pertanian dan peternakan dengan memanfaatkan kekayaan sumberdaya alam yang tersedia.

Secara khusus, Loka Latih Petani selama 2 hari yang diselenggarakan oleh Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) NU serta Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LP2NU) Jombang diarahkan pada usaha pengembangan peternakan dengan memanfaatkan limbah pertanian.

Diskusi dibuka dengan ungkapan beberapa petani yang merasa kesulitan mengembangkan usaha peternakan karena terbentur berbagai faktor. Ketersediaan pakan ternak merupakan faktor dominan selain terbatasnya ketersediaan modal. “Kami maunya bisa mendapat pakan dengan mudah dan murah,” ujar petani asal Kecamatan Perak.

Menanggapi hal ini, Muhammad Subhan, Ketua LP2NU mengatakan, pada umumnya, dalam memelihara ternak petani masih menggunakan metode ekstensif tradisional dengan sumber pakannya hanya bertumpu pada rumput lapangan yang tumbuh di pinggir jalan, sungai, pematang sawah dan tegalan

Menurut Subhan,metode beternak secara ekstensif tradisional,lambat laun akan menyulitkan petani dan peternak dalam penyediaan pakan Apalagi, rumput hijau sebagai bahan utama pakan ternak tidak tersedia sepanjang tahunPada musim hujan produksi pakan berlimpah sedang musim kemarau relatif sedikit

Selain tergantung pada pergantian musim, keberadaan rumput hijau sebagai pakan ternak juga akan terus berkurang seiring dengan makin sempitnya lahan pertanian. Karena itu, kata Subhan, petani dan peternak perlu menyiapkan langkah antisipasi agar kebutuhan pakan bagi ternaknya bisa terus dipenuhi.

“Sebenarnya untuk mendapatkan pakan ternak yang mudah dan bergizi itu bisa dilakukan. Disekitar kita banyak sumber pakan yang bisa dimanfaatkan sebagai pakan, termasuk limbah pertanian yang selama ini tidak dimanfaatkan.” ujar Subhan.
Ia menyebutkan, jerami padi, rendeng kedelai, batang jagung, kulit kopi serta limbah pertanian lainnya bisa digunakan sebagai pakan ternak yang memenuhi standar gizi bagi perkembangan ternak. “Cara membuatnya pun tidak sulit,” lanjut alumni Politeknik Pertanian Negeri Jember ini.

Saat ini, ujar Subhan, telah berkembang teknologi fermentasi yang merupakan proses perombakan struktur keras secara fisik, kimia dan biologi. Proses fermentasi akan merubah struktur bahan yang asalnya keras menjadi lebih sederhana. Sehingga, daya cerna ternak menjadi lebih efisien.

Usai berdiskusi panjang lebar, petani melakukan praktek bersama tentang pembuatan pakan ternak komplit dengan sejumlah bahan yang berasal dari berbagai Kecamatan.

(Muhammad Syafi’i)

Pembuatan Pakan Ternak Komplit

1. Bahan :
§ Tongkol jagung 3 kg
§ Jerami kedelai 2 kg
§ Slamper ½ kg
§ Dedak halus (bekatul) 2 kg
§ Kulit kopi 1½ kg
§ Ampas tahu yang dikering angin 1 kg
§ Molase/tetes tebu 30 cc
§ Mikroba 15 cc
§ Garam 1 sendok teh
§ Air 2 liter
2. Alat :
§ Sekrop
§ Timba
§ Kotak kayu
§ Plastik
§ Pengaduk

3. Cara Pembuatan :
§ Campur ampas tahu dengan dedak halus dan slamper jagung sampai rata.
§ Campur tongkol jagung dengan jerami kedelai dan kulit kopi sampai rata.
§ Kedua campuran dicampur dengan membalik-balik agar rata,
§ Buat larutan induk dengan cara mencampur molase/tetes tebu dengan mikroba pakan ternak, Supleemen, garam dan air sebanyak 2 liter.
§ Siramkan larutan induk pada campuran bahan sambil dibalik-balik agar dapat merata pemberian larutan
§ Tumpuk dan tutup dengan plastik penutup
§ Biarkan sampai 7 hari, lakukan pembalikan setiap 2 hari

Wednesday, 5 May 2010

PESTISIDA ORGANIK

PESTISIDA ORGANIK
Tumbuhan penghasil pestisida nabati dibagi menjadi lima kelompok, yaitu:
1.Kelompok tumbuhan insektisida nabati, adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama insekta. Contoh tumbuhan dari kelompok ini adalah: piretrium, aglaia, babadotan, bengkuang, bitung, jaringau, saga, serai, sirsak, srikaya.
2.Kelompok tumbuhan antraktan atau pemikat, adalah tumbuhan yang menghasilkan suatu bahan kimia yang menyerupai sex pheromon pada serangga betina. Bahan kimia tersebut akan menarik serangga jantan, khususnya hama lalat buah dari jenis Bactrocera dorsalis. Contoh tumbuhan dari kelompok ini adalah: daun wangi dan selasih.
3.Kelompok tumbuhan rodentisida nabati, adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama rodentia. Tumbuh-tumbuhan ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu sebagai penekan kelahiran (efek aborsi atau kontrasepsi) dan penekan populasi, yaitu meracuninya. Tumbuhan yang termasuk kelompok penekan kelahiran umumnya mengandung steroid, sedangkan yang tergolong penekan populasi biasanya mengandung alkaloid. Dua jenis tumbuhan yang sering digunakan sebagai rodentisida nabati adalah jenis gadung KB dan gadung racun.
4.Kelompok tumbuhan moluskisida, adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama moluska. Beberapa tanaman menimbulkan pengaruh moluskisida, diantaranya: daun sembung, akar tuba, patah tulang dan tefrosia (kacang babi).
5.Kelompok tumbuhan pestisida serba guna, adalah kelompok tumbuhan yang tidak berfungsi hanya satu jenis saja, misalnya insektisida saja, tetapi juga berfungsi sebagai fungisida, bakterisida, moluskisida, nematisida dan lainnya. Contoh tumbuhan dari keompok ini adalah: jambu mete, lada, mimba, mindi, tembakau dan cengkih.
Pestisida nabati dapat membunuh atau mengganggu serangan hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik, yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik, yaitu :
·merusak perkembangan telur, larva dan pupa
·menghambat pergantian kulit
·mengganggu komunikasi serangga
·menyebabkan serangga menolak makan
·menghambat reproduksi serangga betina
·mengurangi nafsu makan
·memblokir kemampuan makan serangga
·mengusir serangga
·menghambat perkembangan patogen penyakit.
Pestisida nabati mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan. Keunggulan pestisida nabati adalah :
·murah dan mudah dibuat sendiri oleh petani
·relatif aman terhadap lingkungan
·tidak menyebabkan keracunan pada tanaman
·sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama
·kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain
·menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida kimia. 
Sementara, kelemahannya adalah :
(1) daya kerjanya relatif lambat;
(2) tidak membunuh jasad sasaran secara langsung;
(3) tidak tahan terhadap sinar matahari;
(4) kurang praktis;
(5) tidak tahan disimpan
(6) kadang-kadang harus disemprotkan berulang-ulang.
Pestisida nabati dapat diaplikasikan dengan menggunakan alat semprot (sprayer) gendong seperti pestisida kimia pada umumnya.  Namun, apabila tidak dijumpai alat semprot, aplikasi pestisida nabati dapat dilakukan dengan bantuan kuas penyapu (pengecat) dinding atau merang yang diikat. Caranya, alat tersebut dicelupkan kedalam ember yang berisi larutan pestisida nabati, kemudian dikibas-kibaskan pada tanaman. Supaya penyemprotan  pestisida  nabati memberikan hasil yang baik, butiran semprot harus diarahkan ke bagian tanaman dimana jasad sasaran berada.  Apabila sudah tersedia ambang kendali hama, penyemprotan pestisida nabati sebaiknya berdasarkan ambang kendali. Untuk menentukan ambang kendali, perlu dilakukan pengamatan hama seteliti mungkin.  Pengamatan yang tidak teliti dapat mengakibatkan hama sudah terlanjur besar pada pengamatan berikutnya dan akhirnya sulit dilakukan pengendalian.
RESEP BIO PESTISIDA NABATI
Tanaman Aromatik/atraktan disebabkan mengandung methyl euganol untuk penjebak Lalat buah/serangga :
Selasih (Ocimum.sp) dan Melaleuca Bracteata
Pestisida dari ikan mujair dapat mengatasi hama tanaman terong dan pare. Cara membuat pestisida organik dari ikan mujair : 1 kg ikan mujair dari empang, dimasukkan ke plastik, dibiarkan selama 3 hari. Kemudian direbus dengan dua liter air selama dua jam dan disaring. Dapat digunakan secara langsung atau ditambahkan tembakau dahulu.
Pestisida organik lainnya dapat diperoleh dari biji mahoni, kunyit, jahe, serai dan cabe. Pembuatannya dengan dihaluskan, diberi air, diperas dan disaring. Untuk cabe saat penyemprotan harus hati-hati jangan sampai berbalik arah mengenai manusia.
Pestisida dari mahoni untuk mengatasi hama tanaman terong dan pare. Kunyit, jahe, serai untuk mengatasi jamur tanaman dan buah. Cabe untuk mengatasi semua jenis hama kecuali hama di dalam tanah
Menanggulangi penyakit keriting pada cabai, Bahan: brotowali satu kilogram (atau daun-daunan yang pahit), kapur 10 sendok makan, kunyit satu kilogram.Cara membuat: Ketiga bahan ditumbuk dan diambil airnya lalu dicampur dengan air 30-50 liter. Bahan ini siap digunakan untuk mengendalikan penyakit keriting pada cabai.

Mencegah semut pada persemaian
, Bahan: kunir satu ons, laos satu onsCara pembuatan: kunir dan laos dihaluskan kemudian ditambah air secukupnya lalu disaring.Cara pemakaian: larutan hasil saringan dimasukkan dalam penyemprot yang sudah berisi air (10 liter), semprotkan di lahan sehari sebelum digunakan untuk menyemai tanaman dan diulang tiga hari sesudah tanaman disemai.

Pengendalian ulat pada tanaman padi, Bahan: tanaman sere (seluruh bagian dan air).Cara pembuatan: tanaman sere (250 gram) ditumbuk sampai halus. Tambahkan air secukupnya (empat gelas). Saringlah agar diperoleh cairan sere.Cara pemakaian: larutan dicampur dengan 13 liter air. Semprotkan pada tanaman padi yang terserang ulat (hama putih, penggulung daun, penggerek batang). Untuk penggerek batang satu minggu setelah dijumpai adanya telur.

Mengendalikan ulat pada tanaman tomat, cabai, melon dan semangka, Bahan: puntung rokok satu ons dan air tujuh liter.Cara pembuatan: masukkan puntung rokok dalam air. Biarkan selama 4–7 hari. Saringlah agar diperoleh air larutan yang bersih. Gunakan untuk mengendalikan hama yang menyerang tanaman. Penyemprotan pada pagi dan sore hari.

Pengendalian ulat grayak dan wereng, Bahan: 250 gram daun sirsak segar, air ½ liter.Cara pembuatan: daun sirsat yang masih segar ditumbuk halus ditambah dengan air kemudian disaring.Pemakaian: campurlah saringan air sirsat segar tersebut dengan air 14 liter dan semprotkan pada tanaman yang terserang hama.

Penyakit keriting pada cabai, Bahan: abu dapur dua kilogram, tembakau ¼ kg, belerang tiga ons.Cara pembuatan: ketiga bahan direndam dalam air selama 3–5 hari. Saring air rendaman tersebut dan semprotkan pada tanaman yang terkena penyakit keriting.Cara yang lain, bisa juga dengan menaburkan secara langsung abu dapur pada tanaman yang terserang penyakit keriting.

Mengendalikan hama wereng, Bahan: kecubung dua butir, jenu satu kilogram.Cara pembuatan: kedua bahan direbus dengan air sampai mendidih. Saringlah air tersebut. Cara penggunaan: setiap satu liter air rebusan dicampur dengan 16 liter air. Semprotkan pada tanaman yang terserang hama wereng.

Mengendalikan ulat grayak, ulat lain dan serangga, Bahan: segenggam daun gamal (satu kilogram), lima liter air, 250 mg tembakau rokok (sudah dirokok).Cara membuat: segenggam pucuk daun gamal ditumbuk halus. Campurlah dengan air kemudian rebuslah. Dinginkan kemudian tambahkan tembakau dan aduklah hingga air berubah menjadi agak kehitaman/kemerahan.Cara penggunaan: setiap 250 cc air larutan dicampur dengan air 10 liter. Gunakan untuk mengendalikan hama yang menyerang tanaman.

Hama walangsangit, Bahan: brotowali satu kilogram dan kecubung dua butir.Cara membuat: kedua bahan tersebut direbus dengan air satu liter. Air rebusan kemudian disaring. Campuran larutan tersebut dengan air 16 liter. Gunakan untuk mengendalikan hama walangsangit yang menyerang tanaman. Penyemprotan pada pagi dan sore hari.

Untuk Mengendalikan Hama Secara Umum, Bahan :Daun nimba 8 kg, lengkuas 6 kg, serai 6 kg, deterjen 20 gram, air 20 liter.Cara Pembuatan Daun nimba, lengkuas, dan serai ditumbuk. Seluruh bahan diaduk merata dalam 20 liter air, lalu direndam selama 24 jam. Keesokan harinya larutan disaring dengan kain halus. Larutan hasil penyaringan ditambah diterjen dan diencerkan dengan 60 liter air, bisa digunakan untuk luas 1 ha. Semprotkan pada tanaman.

Untuk Mengendalikan Hama pada Bawang Merah, Bahan :Daun nimba 1 kg, umbi gadung racun 2 buah, deterjen sedikit berfungsi sebagai pelekat daun, air 20 liter.Cara Pembuatan :Daun nimba dan umbi gadung ditumbuk halus. Selanjutnya seluruh bahan diaduk merata dlam 20 liter air, dan diendapkan semalam. Keesokan harinya larutan disaring dengan kain halus dan tambahkan diterjen. Semprotkan pada tanaman bawang merah

Ramuan untuk mengendalikan Trips pada cabe, Bahan :Daun sirsak 50-100 lembar, deterjen atau sabun colek 16 gram dan air 5 liter Cara Pembuatan Daun sirsak ditumbuk halus dicampur dengan 5 liter air dan diendapkan semalam. Keesokan harinya larutan disaring dengan kain halus. Setiap 1 liter hasil saringan diencerkan dengan 10-15 liter air. Larutan siap disemprotkan ke seluruh tanaman cabe.
Ramuan untuk mengendalikan Trips, Aphid, dan kutu daun, Bahan:Daun pamor-pamor 2, 5 kg dan air 7,5 liter .Cara Pembuatan
Daun pamor-pamor ditumbuk (blender) sampai halus, kemudian tambahkan air (konsentrasi 25 %) dan permentasikan selama 1 hari. Kemudian saring ekstraknya dan tambahkan diterjen sebanyak 5 gram. Semprotkan pada tanaman.
Ramuan untuk mengendalikan penyakit Antraknose, BahanRimpang lengkuas 1 kg dan air 2 liter .Cara Pembuatan
Iris rimpang lengkuas, tempatkan pada niru dan jemur sampai kering. Kemudian cincang rimpang lengkuas sampai kecil-kecil. Selanjutnya masukkan 2 l air ke dalam panci suling, panaskan dengan nyala api yang kecil dengan kompor gas/kompor minyak, lalu masukkan rimpang lengkuas tadi ke dalam panci penguapan. Air hasil sulingan ditampung pada beaker glass. Semprotkan air sulingan tersebut dengan kosentrasi 15 % pada tanaman yang terserang Antraknose secara merata. Waktu aplikasi sebaiknya pada sore hari
Pestisida nabati daun mimba dan umbi gadung efektif untuk mengendalikan ulat dan Hama pengisap, Bahan: Daun mimba,Umbi gadung,Detergen,Air Alat: Timbangan Alat penumbuk Tempat pencampuran Pengaduk Saringan.Cara Pembuatan: Cara pembuatan pestisida nabati daun mimba dan umbi gadung adalah sebagai berikut.
1.Tumbuk halus 1 kg daun mimba dan 2 buah umbi gadung racun, tambah dengan 20 liter air + 10 g detergen, aduk sampai rata
2.Diamkan rendaman tersebut selama semalam.
3.Saring larutan hasil rendaman dengan kain halus.
4.Semprotkan larutan hasil penyaringan ke pertanaman.
- Bacillus thuringiensis, mengendalikan P. xylostella dan C. binotalis pada kubis
- Ramuan Nimba (Azadirachta indica) Lengkuas (Zingiber aromaticum), dan Serai (Andropogon nardus), mengendali-kan belalang, Kutu daun, Trips dan Aphid.
- Daun Sirsak, mengendaliak Trips pada cabe.
- Daun/sulingan minyak Selasih (Ocimum sanctum) mengen-dalikan lalat buah.
- Sulingan minyak lengkuas, mengendalikan lalat buah dan penyakit Antraknose pada cabe.
- Daun Pamor-pamor/Ki tolod (Laurentia longiflora), mengendalikan Aphid, dan Kutu daun
Untuk Mengendalikan Hama secara Umum. Bahan: Daun Mimba : 8 kg, Lengkuas : 6 kg, Serai : 6 kg, Diterjen/Sabun Colek : 20 gr, Air : 80 liter.
Cara Membuat : Daun mimba, lengkuas dan semi ditumbuk halus dicampur dengan diterjen/sabun colek lalu tambahkan 20 liter air diaduk sampai merata. Direndam selama 24 jam
kemudian saring dengan kain halus. Larutan akhir encerkan dengan 60 liter air. Larutan tersebut disemprotkan pads tanaman untuk luasan 1 hektar.
Untuk Mengendalikan Hama Trips pada Cabai, Bahan: Daun Sirsak 50 - 100 lembar, Deterjen/Sabun Colek 15 gr, Air 5 liter.
Cara Membuat : Daun sirsak ditumbuk halus dicampur dengan 5 liter air.Direndam selama 24 jam, saying dengan kain halus.Setiap liter Iarutan dapat diencerkan dengan 10 - 15liter air.Aplikasi dengan menyemprotkan larutan tersebut pada seluruh bagian tanaman yang ada hamanya.
Ramuan untuk Mengendalikan Hama Belalang dan Ulat. Bahan : Daun Sirsak 50 lembar,Daun Tembakau satu genggam, Deterjen/Sabun Colek 20 gr. Air 20 liter.
Cara membuat :Daun sirsak dan tembakau ditumbuk halus. Tambahkan deterjen/sabun colek aduk dengan 20 liter air, endapkan 24 jam. Disaring dengan kain halus dan diencerkan dengan 50 -60 liter air, aplikasi dengan cara disemprotkan.
Ramuan untuk Mengendalikan" Hama Wereng Coklat, Penggerek Batang dan Mematoda. Bahan: -Biji Mimba 50 gr, Alkohol 10 cc, Air 1 liter. Cara membuat : Biji mimba ditumbuk halus dan diaduk dengan 10 cc alkohol, encerkan dengan 1 liter air, endapkan selama 24 jam, wring dan dapat disemprotkan pada tanaman/serangga hama.
Ramuan untuk Mengendalikan Hama Tanaman Bawang Merah. Bahan :Daun Mimba 1 kg, Umbi Gadung Racun 2 buah, Deterjen/Sabun Colek sedikit,Air 20 liter. Cara membuat :Daun mimba dan umbi gadung ditumbuk halus, ditambah deterjen/sabun colek aduk dengan 20 liter air, endapkan 24 jam, saring dan dapat disemprotkan pada tanaman. Bahan : Limbah daun tembakau 200 kg.
Cara membuat :Dihancurkan/ ditumbuk dihaluskan, cara aplikasi tumbuhan dan tembakau ditaburkan bersama pemupukan untuk 1 hektar. Limbah dan tembakau itu baik untuk mengendalikan penyakit karena jamur, bakteri dan mematoda.
Ramuan untuk Mengendalikan Tikus. Bahan : Umbi Gadung Racun 1 kg, Dedak padi. 10 kg, Tepung ikan 1 ons, Kemiri sedikit,Air sedikit. Cara membuat: Umbi dikupas, dihaluskan, semua bahan dicampurkan tambah air dibuat pelet. Sebarkan pelet dipematang sawah tempat tikus bersarang. Mimba (Azadiracta indica) Cara pembuatannya dapat dilakukan dengan mengambil 2 genggam bijinya, kemudian ditumbuk.  Campur dengan 1 liter air, kemudian diaduk sampai rata.   Biarkan selama 12 jam, kemudian disaring.  Bahan saringan tersebut merupakan bahan aktif yang penggunaannya
harus ditambah dengan air sebagai pengencer. Cara lainnya adalah dengan menggunakan daunnya sebanyak 1 kg yang direbus dengan 5 liter air. Rebusan ini diamkan selama 12 jam, kemudian saring.  Air saringannya merupakan bahan pestisida alami yang dapat digunakan sebagai pengendali berbagai hama tanaman.
TANAMAN NABATI
Tembakau (Nicotium tabacum)
Tembakau diambil batang atau daunnya untuk digunakan sebagai bahan pestisida alami.  Caranya rendam batang atau daun tembakau selama 3 - 4 hari, atau bisa juga dengan direbus selama 15 menit.  Kemudian biarkan dingin lalu saring.  Air hasil saringan ini bisa digunakan untuk mengusir berbagai jenis hama tanaman.
Tuba, Jenu (Derriseleptica)
Bahan yang digunakan bisa dari akar dan kulit kayu. Caranya dengan menumbuk bahan tersebut sampai betul-betul hancur.   Kemudian campur dengan air untuk dibuat ekstrak.  Campur setiap 6 (enam) sendok makan ekstrak tersebut dengan 3 liter air.  Campuran ini bisa digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis hama tanaman.
Temu-temuan (Temu Hitam, Kencur, Kunyit)
Bahan diambil dari rimpangnya, yang kemudian ditumbuk halus dengan dicampur urine (air kencing) sapi. Campuran ini diencerkan dengan air dengan perbandingan 1 : 2 - 6 liter.  Gunakan untuk mengendalikan berbagai jenis serangga penyerang tanaman.
Kucai (Allium schonaoresum)
Kalau menggunakan kucai, cara meramunya adalah dengan menyeduhnya, yang kemudian didinginkan.  Kemudian saring.  Air saringannya ini mampu untuk memberantas hama yang biasanya menyerang tanaman mentimun.
Bunga Camomil (Chamaemelum spp)
Bunga yang sudah kering diseduh, kemudian dinginkan dan saring.  Gunakan air saringan tersebut untuk mencegah damping off atau penyakit rebah.
Bawang Putih (Allium sativum)
Bawang putih, begitu juga dengan bawang bombai dan cabai, digiling, tambahkan air sedikit, dan kemudian diamkan sekitar 1 jam.   Lalu berikan 1 sendok makan deterjen, aduk sampai rata, dan kemudian ditutup.  Simpan di tempat yang dingin selama 7 - 10 hari.  Bila ingin menggunakannya, campur ekstrak tersebut dengan air.  Campuran ini berguna untuk membasmi berbagai hama tanaman, khususnya hortikultura.
Abu Kayu
Abu sisa bakaran kayu ditaburkan di sekeliling perakaran tanaman bawang bombay, kol atau lobak dengan tujuan untuk mengendalikan root maggot.  Abu kayu ini bisa juga untuk mengendalikan serangan siput dan ulat grayak.  Caranya, taburkan di sekeliling parit tanaman.
Mint (Menta spp)
Daun mint dicampur dengan cabai, bawang daun dan tembakau.  Kemudian giling sampai halus untuk diambil ekstraknya.  Ekstrak ini dicampur dengan air secukupnya.  Dari ekstrak tersebut bisa digunakan untuk memberantas berbagai hama yang menyerang tanaman.
Kembang Kenikir (Tagetes spp)
Ambil daunnya 2 genggam, kemudian campur dengan 3 siung bawang putih, 2 cabai kecil dan 3 bawang bombay.  Dari ketiga bahan tersebut dimasak dengan air lalu didinginkan.  Kemudian tambahkan 4 - 5 bagian air, aduk kemudian saring.  Air saringan tersebut dapat digunakan untuk membasmi berbagai hama tanaman.
Cabai Merah (Capsium annum)
Cara pembuatannya dengan mengeringkan cabai yang basah dulu.  Kemudian giling sampai menjadi tepung.  Tepung cabai tersebut kalau dicampur dengan air dapat digunakan untuk membasmi hama tanaman.
Sedudu
Sedudu (sejenis tanaman patah tulang) diambil getahnya.  Getah ini bisa dimanfaatkan untuk mengendalikan berbagai hama tanaman.
Kemanggi (Ocimum sanetu)
Cara pembuatannya: kumpulkan daun kemangi segar, kemudian keringkan.  Setelah kering, baru direbus sampai mendidih, lalu didinginkan dan disaring.  Hasil saringan ini bisa digunakan sebagai pestisida alami.
Dringgo (Acarus calamus)
Akar dringgo dihancurkan sampai halus (menjadi tepung), kemudian dicampur dengan air secukupnya.  Campuran antara tepung dan air tersebut dapat digunakan sebagai bahan pembasmi serangga.
Tembelekan (Lantara camara)
daun dan cabang tembelekan dikeringkan lalu dibakar. Abunya dicampur air dan dipercikkan ke tanaman yang terserang hama, baik yang berupa kumbang maupun pengerek daun.
Rumput Mala (Artimista vulgaris)
Caranya bakar tangkai yang kering dari rumput tersebut.  Kemudian manfaatkan asap ini untuk mengendalikan hama yang menyerang suatu tanaman.
Tomat (Lycopersicum eskulentum)
Gunakan batang dan daun tomat, dan dididihkan. Kemudian biarkan dingin lalu saring.  Air dari saringan ini bisa digunakan untuk mengendalikan berbagai hama tanaman.
Gamal (Gliricidia sepium)
Daun dan batang gamal ditumbuk, beri sedikit air lalu ambil ekstraknya.  Ekstrak daun segar ini dan batang gamal ini dapat digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis hama tanaman, khususnya jenis serangga.
Bunga Mentega (Nerium indicum)
Gunakan daun dan kulit kayu mentega dan rendamlah dalam air biasa selama kurang lebih 1 jam, kemudian disaring.  Dari hasil saringan tadi dapat digunakan untuk mengusir semut.
BERIKUT BEBERAPA HAMA DAN PENGENDALI ALAMINYA
1. Kutu Putih pada daun atau batang. Dapat digunakan siung bawang putih yang ditumbuk dan diperas airnya serta dicampurkan dengan air sesuai dosis yang diperlukan. Jika kutu melekat erat pada tanaman, dapat digunakan campuran sedikit minyak kelapa. Semprotkan campuran tersebut pada tanaman yang terserang hama.
2. Tikus. Buah jengkol dapat ditebarkan di sekitar tanaman atau di depan lubang sarang tikus. Atau dengan merendam irisan jengkol pada air selama 2 hari. Lalu semprotkan pada tanaman padi yang belum berisi akan menekan serangan walang sangit.
3. Berbagai serangga. Air rebusan cabai rawit yang telah dingin dan dicampur dengan air lagi serta disemprotkan ke tanaman akan mengusir berbagai jenis serangga perusak tanaman.
4. Aphids. Air rebusan dari campuran tembakau dan teh dapat mengendalikan aphid pada tanaman sayuran dan kacang-kacangan. Air hasil rebusan di campurkan kembali dengan air sehingga lebih encer.
5. Berbagai serangga. Air rebusan daun kemangi atau daun pepaya yang kering ataupun yang masih segar, dapat disemprotkan ke tanaman untuk mengendalikan berbagai jenis serangga.
6. Nematoda akar. Dengan menggunakan bunga kenikir (Bunga Tahi Kotok) yang direndamkan oleh air panas mendidih. Biarkan semalam lalu saring. Hasil saringan tersebut disiramkan ke media tanaman. Penting diperhatikan media yang digunakan mudah dilalui oleh air.
7. Mengendalikan serangga, nematoda dan jamur. Dengan membuat air hasil rendaman tumbukan biji nimba dengan air selama tiga hari. Lalu siram pada tanaman, umumnya efektif pada tanaman sayuran.
Bagaimanakah cara mengatasi serangan hama pada tanaman padi, kedelai dan hortikultura?
Tanaman Kecubung ternyata memiliki kegunaan yang dapat membantu serangan hama pada tanaman padi, kedelai dan hortikultura. Bagian buah dan daun pada tanaman kecubung ternyata mengandung racun syaraf yang sangat kuat. Cara menyiapkannya sangat sederhana, bagian buah, daun dan batang kecubung dilarutkan dalam air, lalu hasil saringannya disemprotkan pada tanaman yang terkena serangan hama (Sumber: Suharto Budiyono, Bidang Bina PTPH DIY. Yogyakarta).
Adakah cara alami pembuatan dekomposer untuk mempercepat proses pematangan kotoran ternak menjadi pupuk organik?
Siapa sangka air kumur yang dicampur dengan kulit pisang, daun kirinyuh dan dedak akan sangat membantu guna mempercepat proses pematangan kotoran ternak menjadi pupuk organik. KH. Fuad Affandi, pimpinan Pondok Pesantren Al Ittilaq, kecamatan Ranca Bali, kabupaten Bandung, campuran air kumur santri, kulit pisang, daun kirinyuh dan dedak ia jadikan mikrofermentasi alami yang dicampur pada kotoran sapi dan domba.
Benarkah kulit pisang sangat membantu untuk memenuhi kebutuhan Fosfor, Magnesium, Sulfur dan Sodium pada tanaman?
Cara praktis untuk membuktikannya adalah potong kulit pisang dan potongannya dipendam disekitar tanaman hias. Sedangkan untuk tanaman padi, 10 kg kulit pisang diblender sampai cair dengan perbandingan 10 liter air kemudian dibiarkan selama 1 malam. Saring air hasil rendaman pada keesokan harinya, 1 liter hasil saringan dicampur dengan 10 liter air sebelum disemprotkan ke tanaman
Cara alami apa yang efektif untuk mengatasi serangan hama pada tanaman Cabai?
Daun sirsak atau disebut juga tanaman nangka Belanda dapat dipergunakan untuk mengatasi Hama Thrips pada tanaman Cabai. Blender 50 – 100 lembar daun sirsak yang dicampur dengan 5 liter air dan didiamkan selama 1 malam. Saring air hasil rendaman pada keesokan harinya, 1 liter hasil saringan dicampur dengan 17 liter
air sebelum disemprotkan ke tanaman (Sumber: Petani Desa).
Seperti apa pola tumpang sari yang tepat dalam budidaya sayuran organik untuk mencegah wabah serangan hama dan penyakit?
Adalah Agus Margono, petani sayuran organik di kawasan bukit Gambungpangkalan kawasan Bandung Selatan. Tanaman Tomat ditanam dekat tanaman Bawang Daun. Aroma Bawang Daun akan mencegah serangan lalat buah.
Bagaimanakah cara mengatasi serangan ulat jengkal dan ulat api yang menyerang tanaman Teh dengan aplikasi pestisida nabati?
Sekelompok petani teh di kecamatan Cikalong Wetan, kabupaten Bandung, memanfaatkan daun tanaman Surian, Ki Pahit, dan biji Mandalika untuk mengatasi serangan ulat jengkal dan ulat api. Menurut Bp. Undang DS selaku ketua kelompok tani, ragam dedaunan itu ditumbuk dan dicampur dengan air yang berkomposisi 1:10 untuk selanjutnya didiamkan selama 1 hari. Semprotkan pada daun tanaman
yang terkena ulat maka dalam waktu 1 minggu akan terlihat hasilnya secara nyata.
Adakah ramuan nabati yang dapat membantu perangsangan buah dan batang pada tanaman?
Bp. Mashur, petani dari Kelompok Tani Berkah di dusun Tanjung Anom, desa Tandem Hilir II kecamatan Hamparan Perak, kabupaten Deli Serdang, ramuan daun mekar sore, vitamin B complex, madu, telur ayam kampung, air saringan tomat dan campuran kotoran ternak sapi yang masih baru, telah membantu meningkatkan produktivitas pertanian lahan yang ia miliki.
Cara apa yang dapat mengatasi serangan hama walangsangit dan kepiding?
Campuran minyak kelapa, air dan tembakau dapat mengatasi serangan hama yang dimaksud.
PENGENDALIAN HAMA BELALANG
Belalang Kembara merupakan hama penting di Indonesia tercatat di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Lampung, Sumatra Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat pernah terjadi ledakan Populasi hama tersebut. Hama ini merupakan salah satu faktor penghambat dalam program peningkatan produksi tanaman. Kerusakan dan kerugian yang ditimbulakan olah hama belalang kembara sangat bervariasi diikuti dengan peningkatan populasi yang tinggi. Belalang ini mempunyai sifat cenderung untuk membentuk kelompok yang besar dan suka berpindah-pindah (berimigrasi), sehingga dalam waktu yang singkat dapat menyebar pada areal yang luas. Kelompok yang berimigrasi dapat memakan tumbuhan yang dilewatinya selama dalam perjalanan.
Perilaku makan belalang kembara dewasa biasanya diwaktu hinggap pada sore hari sampai malam dan pada pagi hari sebelum terbang. Kelompok Nimfa yang berimigrasi dapat memakan tumbuhan yang dilokasi selama dalam perjalanan. Belalang ini cenderung memilih makanan yang lebih disukainya, terutama spesies tumbuhan dari Famili Graminae. Dalam keadaan eksplosi juga diserang daun-daun kelapa dan tanaman dari golongan Palma lainnya. Musuh-musuh alami belalang kembara yaitu berupa penyakit parasit dan predator. Penyakit yang menyerang belalang kembara antara lain penyakit bakteri, penyakit cendawan antara lain yaitu, parasit ini dari jenis Nematoda, dan predator dari bangsa burung dan semut. Dalam keadaan populasi belalang tinggi nampaknya peranan musuh alami ini relatif rendah.
Cara-cara pengendalian yang dapat diterapkan antara lain :
1. Kultur Teknis: Dengan mengatur pola tanam dan menanam tanaman alternatif yang tidak disukai oleh belalang seperti tanaman kacang tanah dan ubi kayu, melakukan pengolahan tanah pada lahan yang diteluri sehingga telur tertimbun dan yang terlihat diambil.
2. Gropyokan/Mekanik/Fisik: Kelompok tani secara aktif mencari kelompok belalang di lapangan, dengan menggunakan kayu, ranting, sapu dan jaring perangkap.
3. Kimiawi: Pengendalian yang dapat dilakukan pada Stadium Nimfa kecil karena belum merusak. Pengendalain terhadap imago dilaksanakan pada malam hari, mulai dari belalang hinggap senja hari sampai sebelum terbang waktu pagi hari. Pengendalian sebaiknya secara langsung terhadap individu/kelompok yang ditemui di lahan.
4. Biologis: Dengan menggunakan cendawan, dengan cara penyebaran pada tempat-tempat bertelur belalang kembara atau dengan penyemprotan dengan terlebih dahulu membuat suspensi (larutan cendawan).
5. Pengendaliandengan Ekstrak Tuba (Deris. Sp): Ekstrak Nimba (azadiracht indica) dilakukan penyemproptan pada tanaman untuk meninggalkan “Efek Residu” pestisida pada Tanaman.
 
Pestisida nabati (Ekstrak Tuba dan Nimba) merupakan salah satu komponen yang memiliki prospek yang baik untuk digunakan dalam pengendalian belalang kembara dan juga OPT lainnya, khususnya tumbuhan tuba yang tersedia dilingkungan petani. Ekstrak bisa dibuat secara sederhana dan langsung di aplikasikan oleh petani sehingga bisa dianggap murah.
 PENGENDALIAN BELALANG KEMBARA DENGAN EKSTRAK TUBA (Deris. Sp) dan EKSTRAK NIMBA (Azadiracht indica )
 
Mengingat adanya berbagai kekurangan dari pestisida yang ada sampai sekarang ini. Para ahli menganggap perlu diciptakan pestisida baru yang ideal, efektif mengendalian serangga, aman terhadap lingkungan dan harga terjangkau oleh pengguna. Banyak informasi hasil penelitian tentang jenis tumbuhan yang mengandung senyawa aktif dan berpotensi sebagai insektisida diantaranya adalah tuba (Deris. Sp) yang mengandung bahan aktif Rotenon dan Nimba (Azadiracht indica) mengandung bahan aktif Azadirachtin. Dapat mempengaruhi perilaku belalang dan barbagai serangga lainnya, berfungsi sebagai penghambat nafsu makan/antifedant, repallent, attractan, menghambat perkembangan serangga, menurunkan keperidian hingga berpengaruh langsung sebagai racun.
Penggunaan pestisida nabati tidak persistem/mudah terurai di alam sehingga penggunaannya aman bagi lingkungan.
 
PEMBUATAN EKSTRAK
Untuk mengolah bahan-bahan akar tuba dan daun nimba menjadi pestisida dapat dimulai dari teknologi sederhana yaitu penghancuran akar/daun. Pelarut air bersih, perendaman dalam wadah (jirigen). Proses ekstraksi/persenyawa bahan aktif dengan air. Proses penyaringan aplikasi pada hama sasaran. Untuk pengendalian hama belalang diperlukan dosis/takaran 1 kilogram akar tuba/daun nimba dan 20 liter air besih.
 
PROSES PEMBUATAN EKSTRAK
Mengumpulkan bahan baku akar tuba dan daun nimba.
Akar tuba/daun nimba dicuci dengan air sampai bersih.
Untuk akar tuba dipotong dengan ukuran kecil lebih dulu kemudian baru ditumbuk dengan menggunakan lesung.
Daun nimba langsung dihaluskan dilesung atau dapat juga diblender sampai menjadi potongan kecil.
Satu kilogram akar tuba atau daun nimba yang telah dihaluskan dimasukan kedalam jirigen isi 20 liter, kemudian ditambah air bersih.
Proses perendaman minimal 3 hari setelah itu baru dapat dipakai untuk aplikasi.
 
Pada saat pengendalian larutan disaring terlebih dahulu dan ditambahkan bahan perekat (Cytowett/detergen).

BAHAN BAKU
(AKAR TUBA/DAUN NIMBA)
|
PENCUCIAN
|
PENGIRISAN/PENGHALUSAN
|
PERENDAMAN
|
PENYARINGAN DAN PEMBERIAN
LARUTAN PEREKAT
|
APLIKASI/PENYEMPROTAN

 
Dalam jangka panjang untuk menghindari serangan hama belalang ekstrak tuba dan nimba dapat diolah dalam jumlah yang cukup oleh petani dan disimpan dalam waktu yang cukup lama. Sehingga sewaktu-waktu ada serangan belalang pestisida nabati tinggal disaring dan disemprotkan pada tanaman. Selama aspek teknis diperlukan langkah-langkah terpadu dalam pengedalian hama belalang kembara, antara lain sebagai berikut :
 
Pemantauan populasi dan keadaan penyebaran belalang hendakan mendapat perhatian yang seksama baik oleh petugas (PHP, PPL, Aparat pemandu dan lain-lain). Informasi umum mengenai perkembangannya menjadi masukkan untuk mengambil tindakan yang perlu dilakukan.
 
Menjaga kelestarian pemangsa belalang yang ada di alam antara lain burung dan lain-lain.
 
Penyuluhan secara terpadu melalui berbagai instansi yang terkait untuk menghindari pembakaran hutan, terutama disekitar areal pertanian/perkebunan yang akhirnya menjadi lahan terbuka akhirnya tidak tertangani dan tubuh belukar sehingga menjadi tempat berkembangbiaknya belalang.

Monday, 3 May 2010

Pola Tanam Jelang Musim Kemarau

Untuk menghadapi musim kemarau, Dinas Pengairan Kabupaten Jombang berharap agar petani menggunakan air irigasi secukupnya. Penggunaan air yang tidak berlebihan akan membantu petani lain yang sama-sama memerlukan pengairan dari saluran irigasi.

Dinas pengairan saat talkshow bertajuk “Pola Tanam Jelang Musim Kemarau” di radio komunitas Suara Warga Jombang, Rabu (28/4) pagi bersama perwakilan Dinas Pertanian Jombang serta perwakilan petani berjanji akan melakukan perbaikan pada pintu saluran air agar tidak terjadi kebocoran.

Hudi, petani asal Kesamben berharap, Pemerintah Daerah tidak segan mengajak petani untuk berperan serta menjaga saluran irigasi agar air bisa dirasakan oleh seluruh petani. (Ms/Dev)

Sunday, 2 May 2010

APA ITU TRANSGENIK?

Bioteknologi : penggunaan tanaman, hewan, ataupun mikroba, baik secara keseluruhan maupun sebagian, untuk membuat atau memodifikasi suatu produk mahluk hidup ataupun merubah spesies mahluk hidup yang sudah ada.
Rekayasa Genetik : Proses bioteknologi modern dimana sifat-sifat dari suatu mahluk hidup dirubah dengan cara memindahkan gen-gen dari satu spesies mahluk hidup ke spesies yang lain, ataupun memodifikasi gen-gen dalam satu spesies.
PRINSIP DASAR TANAMAN TRANSGENIK DIBUAT
Tanaman transgenik dibuat dengan menggunakan tehnik biologi molekuler yang memungkinkan peneliti untuk mengindentifikasi gen-gen tertentu, membuat duplikatnya, kemudian menyisipkan duplikat gen tersebut ke tanaman penerima dengan menggunakan alat (yang paling umum dipakai adalah bakteri tanah, disebut Agrobacterium) Ketika sel tanaman penerima membelah diri, DNA baru dari tanaman asal (yang dibawa oleh Agrobacterium) tergandakan & terpindahkan ke dalam sel baru tersebut. Keberadaan gen baru ini akan mempengaruhi keturunandari tanaman tersebut, baik dari segi sifatnya bahkan penampilannya. Ada pula metode lain yang digunakan, seperti Pistol Gen atau metode Bombardir.
RESIKO DAN DAMPAK TRANSGENIK INI BAGI KITA !
Transgenik dan Pertanian :
·    Hasil panen lebih rendah
·    Biaya produksi lebih tinggi
·    Peningkatan penggunaan bahan kimia di pertanian
·    Kontrak paten, membayar yg tidak terlihat oleh petani
·    Hilangnya varietas lokal, dimulai dengan langkanya bibit-bibit asli tanaman
·    Memicu pertanian monokultur yang tidak berkelanjutan, petani selalu membeli bibit
·    Keseimbangan ekologi terganggu, munculnya hama baru, hama menjadi kebal, dll
Transgenik dan Lingkungan :
·    Polusi Genetika
·    Kerusakan pada sistem keseimbangan ekologi tanah
·    Gulma, hama, dan virus super yang lebih berbahaya bagi tanaman
·    Berdampak langsung kepada hewan dan tanaman yang tidak mengganggu
·    Hilangnya keanekaragaman hayati
·    Dampak negatip pada ekologi hutan yang ditanami tanaman transgenik
Transgenik dan Konsumen :
·    Keracunan makanan transgenik baik seketika atau berangsur dalam tahunan (di India terjadi 400 lebih domba mati dalam semalam akibat memakan pucuk muda tanaman kapas transgenik percobaan dengan kondisi kerusakan pada peristaltik usus pencernaannya)
·    Meningkatnya resiko kanker
·    Dampak alergi pada makanan
·    Rusaknya kandungan gizi dan kualitas tanaman
·    Kekebalan bibit penyakit terhadap antibiotika
·    Meningkatnya kandungan residu pestisida/racun dalam makanan
Transgenik dan Ekonomi
·    Diperkirakan berbahaya, beberapa negara telah mengatur dan menolak produk transgenik bahkan menutup rapat pasar ekspor transgenik
·    Produk bebas transgenik mendapat harga yang lebih baik di pasar internasional
·    Perusahan Transgenik memonopoli sistem produksi pangan, juga berstrategi mengarahkan dunia dengan alasan kelaparan, kemanusiaan, dll untuk kepentingan ekonominya
·    Perubahan pasar internasional < span="readmore">
BAGAIMANA MEREKA DATANG ?
Ketika berbicara dengan lembaga hukum, perusahaan trasgenik mengatakan bahwa tanaman transgenik ini dasarnya sama dengan aslinya, Jagung transgenik wujudnya, pertumbuhannya, dan rasanya sama saja dengan tanaman jagung biasa, sehingga harusdiperlakukan sama dengan tanaman jagung biasa. Dengan mengatakan tanaman transgenik sama dengan aslinya mereka mengeruk keuntungan dengan cara menghemat biaya karena tidak perlu melakukan pengujian kesehatan dan keamanan terhadap manusia dan lingkungan seperti seharusnya dilakukan. Dengan demikian produk transgenik ini dapat lebih cepat dipasarkan dan masa berlaku patennya menjadi lebih lama karena tak perlu membuang waktu untuk pengujian.
Ketika berbicara dengan lembaga hak cipta/ paten,perusahaan transgenik berkata bahwa tanaman ini dulunya hanyalah "angan-angan" belaka dan sekarang telah ada, sehingga tanaman ini layak untuk dipatenkan. Dengan demikian perusahaan dapat meningkatkan harga pada para petani atas benih tersebut karena perusahaan lain tak dapat menciptakan benih yang sama.Dengan mengatakan tanaman trasgenik adalah ciptaan baru yang berbeda mereka mendapat keuntungan dengan cara menjual benih transgeniknya dipasaran dengan harga yanglebih tinggi, karena benih transgenik memiliki sifat yang khas berbeda, Adanya hak paten memungkinkan perusahaan untuk memonopoli penjualan benih dari jenis yang telah dipatenkan selama masa waktu 20 tahun, termasuk masa penelitian benih tersebut.
Dengan strategi sikap mendua ini sekelompok perusahaan transgenik dapat mengeruk keuntungan luar biasa besar, sementara masyarakat banyak serta petani dirugikan. Karena benih transgenik tidak diuji dengan baik, konsumen tidak memperoleh kepastian bila makanan dari tanaman transgenik yang mereka makan itu aman untuk dikonsumsi. Petani menderita kerugian karena harus membeli benih yang dipatenkan dengan harga yang lebih mahal, dimanabenih tersebut juga tidak diuji secara memadai di lapangan, sehingga beresiko menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dimana petani tinggal dan bercocok tanam dalam jangka waktu lama.
Dengan memeliki hak paten perusahaan ini dapat mengontrol sistem pertanian global. Mereka menaikkan harga benih mereka, meningkatkanpenjualan dengan cara menjual paket pertanian kepada petani, yaitu: benih, pupuk, dan pestisida.Mereka juga menentukan kepada siapa hasil panen harus dijual. Mereka bahkan dapat menuntut anda ke pengadilan jika benih paten mereka sampai tumbuh di lahan anda! (dalam kasus ini anda tidak membeli bibit mereka tetapi areal lahan anda terkontaminasi serbuk sari dari tanaman tetangga anda)
BEBERAPA PERUSAHAAN RAKSASA TRANSGENIK
1.    SYNGENTA (Swiss, Bassel)
2.    MONSANTO (Amerika Serikat, St Lois, Missouri)
3.    DuPont (Amerika Serikat, Wilmington, Virginia)
4.    Bayer (Leverkusen, Jerman)
5.    BASF (Ludwigshafen, Jerman)
6.    Dow Chemical Co (Amerika Serikat,Midland, Michigan)
=========================================================
MARI MULAI MENYIMPAN DAN MEMBUAT BENIH SENDIRI
Penyerbukan
Penyerbukan terjadi ketika serbuk sari dari benang sari jatuh di kepala putik bunga. Sekali bunga mengalami penyerbukan dia akan memulai proses pembentukan benih. Ada bermacam-macam cara penyerbukan, tergantung dari jenis tanaman.
·    Penyerbukan Sendiri : Pada bunga yang memiliki baik serbuk sari maupun kepala putik dalam satu bunga, jenis tersebut dapat melakukan penyerbukan sendiri.
·    Penyerbukan oleh Serangga : Untuk beberapa jenis, misalnya labu, serangga atau burung membawa serbuk sari dari satu bunga ke bunga yang lainnya.
·    Penyerbukan oleh Angin : beberapa spesies seperti jagung, dibantu oleh angin untuk menyebarkan serbuk sari mereka ke bunga-bunga yang lain.
·    Penyerbukan Silang : Adalah penyerbukan antara dua jenis tanaman yang berlainan.
Merawat tanaman
Agar dapat melestarikan suatu jenis tertentu, penting untuk menghindarkan bunga ini terhadap penyerbukan dari jenis-jenis lain. Ada beberapa cara untuk melakukan hal ini. Tanamlah jenis-jenis yang berlainan masing-masing berjarak cukup jauh bagi serbuk sari untuk pindah dari satu jenis ke jenis lainnya. Jarak yang diperlukan tergantung pada bagaimana cara serbuk itu menyebarkan diri dan hambatan yang dihadapinya.
·    Pengkandangan, Tanaman yang penyerbukannya dilakukan oleh serangga, dikandangkan secara bergantian agar serangga hanya dapat melakukan penyerbukan pada satu varietas.
·    Pembungkusan, Bunga yang dapat melakukan penyerbukan sendiri dibungkus dengan tas kertas atau jaring tipis untuk menghindari serangga atau serbuk sari dari bunga lainnya.
·    Pengisolasian, Tanam sebaris tanaman yang tinggi diantara dua jenis tanaman. Ini dilakukan untuk mencegah pertukaran serbuk sari di antara mereka.
·    Penyerbukan Manusia, Potong kepala benang sari dari bunga jantan dan taburkan pada kepala putik bunga betina. Untuk menghindari serangga atau serbuk sari dari bunga lainnya.
Pengumpulan Benih
Kumpulkan benih atau biji dari tanaman terbaik, waktu terbaik untuk melakukan ini adalah pagi hari
·    Benih basah, Petik buah setelah benar-benar matang (melewati keadaan enak dimakan). Keluarkan biji dari buah dan tebarkan di atas lembaran pengering. Siram dengan air untuk membersihkannya.Rendam dalam air selama 24 jam hingga terjadi fermentasi.Setelah itu tiriskan dan dikeringkan.
·    Benih kering, Pilih biji yang besar-besar (seperti pada kacang-kacangan) dengan tangan. Untuk biji-biji kecil seperti pada bawang, masukan tempat biji kedalam tas kecil lalu hancurkan, sehingga biji terpisah dari tempatnya dan diayak ( atau kuliti dan pisahkan kulit dari biji). Kemudian gantung tas tersebut di bawah atap hingga kering. Jangan lupa hindarkan dari pemangsa biji
Pengeringan
Tebarkan benih di atas kain atau kertas. Diangin-anginkan selama satu hari, baru kemudian dipindahkan ketempat yang terkena sinar matahari langsung. Penutupan dengan kain kasa (yang tidak terlalu rapat), membantu menghindari benih dari tiupan angin dan pemangsa! Tanaman seperti bawang dapat digantung dalam tas kertas dibawah atap.
Pengujian Pengeringan
Biji-biji besar seperti kacang-kacangan atau jagung membutuhkan waktu 2 minggu untuk mencapai kekeringan sempurna. Cara menguji, coba gigit satu biji, jika gigi anda meninggalkan bekas berarti biji tersebut belum kering benar. Biji menengah seperti labu atau cabe membutuhkan 1 minggu untuk menjadi kering. Biji kering akan terbuka jika ditekuk.Biji kecil seperti terung dan selada membutuhkan 2-3 hari.Perlu ketelitian yang tinggi untuk mengeringkan biji dengan sempurna. Kelembaban sangat mempengaruhi panjang-pendek umur benih yang akan disimpan. Peringatan penting ! Beberapa biji-biji asli tropis tidak boleh dikeringkan dan harus ditanam segera.
Pengujian Kecambah
Coba 1 jenis benih dari setiap 10 panenan, tapi tidak lebih dari 500. Catat setiap biji yang berkecambah kemudian bagi dengan jumlah biji yang dicoba, untuk mendapatkan presentase perkecambahan. ( misalnya 75 yang berkecambah dari 100 benih yg dicoba, maka 75/100 = 0.75 = 75%). Jangan lupa untuk penempelan labelnya.untuk pengujian ini dapat dilakukan dengan metoda sederhana
·    Pengujian Penyemaian (untuk biji kecil), Gunakan kompos terbaik sebagai media.Tanah dapat dicampur dengan kompos, setelah diseteril dengan cara merebus dalam air mendidih
·    Pengujian Mangkok (untuk biji besar), Rendam biji dalam air di mangkok/wadah selama semalam, kemudian pisahkan dan tiriskan, Bungkus biji dengan kertas tissue/lainnya lalu tetesi dengan air hingga basah, jaga kelembaban tiap hari, untuk hasil terbaik dapat dalam kantong plastik yg berfungsi meningkatkan suhu (sekitar 25-30 derajat celcius)
Perlakuan Benih
Untuk tumbuh dan berkecambah benih membutuhkan dan menyerap air,terkadang lapisan yang menyelubungi benih menjadi kendala dalam perkecambahannya dan ini menyebabkan benih lambat berkecambah bahkan gagal dalam perkecambahannya. Selain itu faktor iklim turut berperan dan berpengaruh juga, problem selubung/kulit biji ini dipecahkan dengan teknik perlakuan benih seperti dibawah ini :
·    A : Air Panas, Air panas dialirkan kedalam benih sampai terrendam dengan volemunya sekitar 5 kali volume benih, aduk-aduk terus selama 2-5 menit, Perhatikan untuk tidak merendam benih terlalu lama ini dapat menyebabkan benih menjadi mati. Setelah 2-5 menit tiriskan dan ganti dengan air dingin rendam selama 12 jam
·    B : Asam, Lapisi benih dengan asam sulfur selama 10-60 menit sampai lapisan kulit biji berubah, Perhatikan untuk tidak terlalu lama, asam ini dapat menyebabkan benih menjadi mati. Ambil benih dan bilas 10 menit dengan air mengalir, kemudian rendam benih dengan air dingin selama 12 jam
·    C : Torehan, potong kecil,atau kikis/gerus lapisan benih sedikit pada bagian micropyle (bakal keluar tunas) dengan pisau tajam, rendam 12 jam dengan air dingin
·    D : Air Dingin, rendam benih dengan air dingin 6-48 jam tergantung jenis benih
·    E : Tanpa Perlakuan
Menyimpan Benih untuk Kondisi Tropis
Iklim tropis menyebabkan pembusukan benih lebih cepat, namun jika disimpan dengan benar akan bertahan hingga 2 – 10 tahun.
·    Bungkus biji dengan kantong kertas.Taruh di dalam tempat yang kedap udara (toples),2 cm lapisan debu kayu kering akan membantu menjaga kelembaban didalam toples.Tambahkan serbuk intaran,pala untuk menghindari serangga.Tempelkan label dengan jelas.
Menjadi Bank Benih dan Saling Berbagi
Semakin banyak jenis benih yang ada dalam bank benih anda, akan semakin baik. Bekerja bersama-sama dengan teman dan tetangga adalah jalan terbaik untuk meningkatkan jumlah kegiatan dan Bank benih masyarakat akan menghubungkan serta meningkatkan pengetahuan, informasi dan ketahanan petani lokal. Sekali kita memulai bank benih, kita akan terhubung secara nasional maupun dunia dengan jaringan penyelamatan benih global! Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah mengadakan pertemuan, bergabung dengan komunitas petani organik dan membuat beberapa keputusan dasar, selain itu dapat berbagi metoda. Satu hal untuk penting diwaspadai adalah ancaman industri benih komersial di indonesia dengan pengaduan penjualan benih illegal tanpa sertifikat kepada petani penangkar benih akibat dampak kerugian bagi kepentingan komersial perusahaan ini, dengan saling berbagi diantara sesama anggota komunitas dengan prinsip meminjam benih (tidak menjual, ini penting untuk menghindari implikasi hukum dan kepentingan industri benih komersial) dan saling melakukan penyimpanan Bank Benih maka ancaman ini dapat diantisipasi dengan landasan kuat berbudidaya kembali ke alam (Pertanian organik)
=========================================================
CARA MEMBUAT BENIH PADI UNGGUL
Perlakuan pasca panen
·    Pemanenan dilakukan setelah padi menguning 85-90 %.
·    Lakukan pemanenan secara khusus dan jangan sampai tercampur dengan padi yang lain.
·    Lakukan segera penjemuran dengan alas kepang, tikar dan jangan di lantai jemur, pada pagi hari pukul 7.30 hingga 10.00 WIB serta sore hari pukul 14.30 hingga 16.30 WIB, sampai kering dengan kadar air 14-12 %.
·    Lakukan stagnasi selama 7 - 15 hari sebelum direndam.
Perlakuan Perendaman
·    Ambil benih secukupnya sesuai dengan luas lahan.
·    Siapkan air garam/air abu yang dalam kondisi telur ayam kampung terapung separohnya.
·    Masukan benih ke dalam air tersebut dan akan terlihat benih menjadi 3 bagian.
·    Bagian I adalah yang ada di dasar, dengan daya tumbuh 90-95 %,
·    Bagian II adalah yang melayang, dengan daya tumbuh 85-90 %, Bagian III adalah yang terapung dengan daya tumbuh 0-85 %.
·    Pisahkan bagian III (yang terapung) dan bisa dijemur lagi untuk dikonsumsi.
·    Ambil bagian I dan II lalu dibilas dengan air tawar sampai bersih dan rendam selama 24 jam dengan air bersih, lalu ditiriskan dan kita peram selama 24 jam, maka benih siap untuk ditebar.

Monday, 19 April 2010

MODAL USAHA PERTANIAN

Tersedia Rp. 4 Milyar Pinjaman Modal bagi Petani

Jombang – Untuk membantu usaha pengembangan pertanian, pemerintah daerah Jombang menyediakan dana kredit lunak khusus bagi petani. Jumlah kredit yang bisa diajukan petani melalui kelompok tani senilai antara Rp 30 juta hingga Rp. 50 juta.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Jombang, Suhardi mengatakan, anggaran kredit lunak yang dikhususkan bagi petani pada tahun 2010 ini sebanyak Rp 4 Milyar. Bagi petani yang mau mengajukan kredit bisa melakukannya melalui kelompok tani masing-masing. “Anggarannya itu ada Rp. 4 Milyar dan bisa dipinjam melalui kelompok tani,” ujarnya.

Suhardi menjelaskan, untuk mengajukan pinjaman usaha pertanian, pihaknya tidak merumuskan prosedur yang rumit. Melalui kelompok tani, petani bisa mengajukan pinjaman. Dari berkas pengajuan pinjaman tersebut, Dinas Pertanian akan melakukan verifikasi kelayakan pengajuan.

Setelah mendapat rekomendasi dari tim khusus yang dibentuk Dinas Pertanian, petani bisa menikmati pinjamannnya yang dicairkan melalui Bank Daerah. “Pengajuannya tidak sulit, setelah mengajukan petani langsung bisa mencairkan sendiri ke Bank Daerah,” ungkap Suhardi.

Ia menambahkan, jumlah pinjaman yang direkomendasikan berkisar antara Rp. 30 juta hingga Rp. 50 juta. “Jumlah itu bisa lebih, tergantung dari luas lahan yang diajukan.”

Suhardi berharap, fasilitas kredit lunak khusus bagi petani bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan usaha pertanian. Namun, ia juga meminta kepada kelompok tani agar selektif terhadap petani yang mengajukan pinjaman. “Karena sistem pembayaran yang ditentukan oleh Bank adalah sistem tanggung renteng, maka kelompok tani harus berhati-hati dalam menentukan petani mana yang layak menerima pinjaman,” ujarnya.

Sebab, lanjut Suhardi, keteledoran dari salah seorang petani dalam pengembalian pinjaman akan berdampak pada seluruh petani yang harus menanggung biaya pengembalian secara bersama-sama,” tambahnya.

Informasi Tak Merata
Sementara itu, Mahmud, petani asal Tembelang, Jombang mengatakan, informasi tentang peluang kredit lunak bagi petani tidak banyak diketahui petani. Tidak meratanya informasinya tersebut membuat peluang kredit hanya bisa dinikmati oleh sebagian petani. “Sepertinya (kredit) pinjaman itu diperuntukkan bagi orang-orang tertentu saja,” ujarnya, Senin.

Sebelunya, Sugianto mengungkapkan hal senada. Keterbatasan informasi tentang peluang kredit usaha pertanian, membuat Sugianto memilih langsung berhubungan langsung dengan Bank. “Saya belum pernah dapat pinjaman apapun dari pemerintah atau juga dari kelompok tani. Katanya sih ada, tapi saya belum pernah merasakan. Ditawari juga tidak pernah,” aku dia. (Ms/Er)



Saturday, 17 April 2010

Kemuning Padi Tak Mencerahkan Asa Petani

PERTANIAN


“Panen tiba petani desa memetik harapan. Bocah bocah berlari lincah di pematang sawah.” Itulah sebait lagu yang dilantunkan Iwan Fals menggambarkan masa indah yang seharusnya dirasakan petani kala panen datang.

Panen datang senyum petani seharusnya mengembang. Namun, hal itu kini terasa sulit dilakukan petani. Pasalnya, realitas terkini, disaat panen datang harga gabah anjlok. Meskipun Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah naik 15% sejak 1 Januari lalu, namun jatuhnya harga gabah di bawah HPP tetap tidak terbendung.

Itulah kenyataan yang kini dihadapi Ahmad, petani asal Desa Tanjung Wadung Kecamatan Ploso, Jombang. Tanaman padi pada lahan seluas 0,5 hektar miliknya berhasil di panen, meski sempat tergenang banjir. Namun, keberhasilan panen itu tetap tak kuasa menghindarkannya dari kegelisahan. “Harga gabah terlalu rendah,  tidak sesuai dengan modal yang keluar,” keluhnya.

Ahmad menuturkan, HPP yang ditentukan pemerintah sebesar Rp2.640,- untuk gabah kering panen (GKP). Namun, ketetapan itu hanya berbentuk aturan. Di pasaran, harga gabah kering panen (GKP) hanya berkisar antara Rp2.100 hingga Rp2.200 per kilogram.

Kondisi ini membuat Ahmad tidak mampu memunculkan senyum ceria. Apalagi, disaat yang hampir bersamaan dengan datangnya masa tanam gadu, harga eceran tertinggi (HET) pupuk bersubsidi dinaikkan hingga 35% per 9 April tahun ini. Praktis, naiknya harga eceran pupuk bersubsidi membuat Ahmad tak mampu menikmati hasil panennya.

Cukup beralasan, sebab kata Ahmad, seiring dengan naiknya harga pupuk, biaya tanam berikutnya pada lahan pertaniannya akan meningkat. Dengan hasil panen sekarang, biaya tanam pada masa gadu belum tentu tercukupi dari hasil menjual gabah. “Mungkin saya akan cari hutangan supaya tetap bisa tanam,” ujar Ahmad.

Kegelisahan serupa dirasakan Mahmud, petani asal Jati wates Desa Tembelang, Kecamatan Tembelang, Sugianto serta Sudarmaji, petani asal Desa Pulorejo, Tembelang. Ditengah ketidakpastian harga gabah di pasaran, pemerintah justru menetapkan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 32 Tahun 2010, tentang harga eceran tertinggi (HET) pupuk bersubsidi.

Naiknya harga pupuk, kata Mahmud, jelas akan menyengsarakan petani sebab meskipun HPP gabah naik 15%, namun fakta dilapangan menunjukkan harga gabah masih dibawah harapan. Apalagi, dalam beberapa hari kedepan, petani akan memulai masa tanam. “Saat ini harga gabah hancur,” ujarnya.

Sugianto, petani lainnya mengatakan, kenaikan harga pupuk bersubsidi akan membuat petani kian tersudut. Pasalnya, harga gabah hasil panen yang diterima petani rata-rata masih dibawah HPP gabah yang ditetapkan pemerintah. “Kalau pupuk naik, jelas petani mengeluh, karena harga penjualan gabah sekarang tidak sesuai dengan (naiknya) harga pupuk.” (Ms/Er)

Harga Pupuk Naik, Distribusi Tidak Asal Drop

Jombang – Harga eceran tertinggi (HET) pupuk bersubsidi secara resmi naik antara 30 – 35 persen mulai 9 April 2010. Menanggapi hal ini, Dinas Pertanian Kabupaten Jombang mengaku tidak melakukan antisipasi khusus.


Menurut Suhardi, kepala Dinas Pertanian Jombang, sebelum menaikkan HET pupuk bersubsidi, pemerintah pusat sudah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 2009, tentang naiknya HPP gabah sebesar 15%. Sehingga, kenaikan HET pupuk diyakini tidak banyak berpengaruh pada petani. 



“Pemerintah (pusat) itu sudah mengantisipasi dengan menaikkan HPP sebelum harga pupuk dinaikkan,” ujar Suhardi, Kamis (15/4).


Suhardi mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan pupuk, saat ini ketersediaan pupuk bagi petani di Kabupaten masih mencukupi. Ketersediaan pupuk ditambah dengan sisa pupuk pada masa tanam sebanyak 6.000 ton.


Nantinya, lanjut Suhardi, dalam mendistribusikan pupuk pihaknya akan melakukan pendistribusian sesuai dengan kebutuhan petani. Jika dalam satu Kecamatan tidak membutuhkan pupuk, distributor tidak akan mengirimkan pupuk ke Kecamatan tersebut. “Stok tidak akan kurang, karena kita mendistribusikan pupuk itu berdasarkan kebutuhan. Berbeda dengan yang dulu, kalau dulu asal di drop saja sesuai jatahnya.” (Ms/Er)



Thursday, 15 April 2010

Petani Tana Toraja Belajar Pembuatan Pupuk Organik

Jombang – ‘Belajarlah sampai ke negeri Cina’. Ungkapan itu diwujudkan oleh petani asal Tana Toraja Sulawesi Selatan dengan belajar pertanian organik ke Jombang.

Wirianus Beslar, petani asal Desa Bua’ Tarrung, Kabupaten Tana Toraja bersama sejumlah petani belajar membuat pupuk organik pada petani asal Desa Pulorejo, Tembelang, Jombang, Kamis (15/4).

Acara belajar organik yang digelar di rumah Ngatiman, ketua kelompok tani Dusun Sarirejo, Beslar mengaku banyak mendapat pelajaran baru. Salah satunya adalah tentang bongkot pisang yang rupanya bisa menjadi zat mujarab sebagai perangsang pertumbuhan padi. “Saya baru tahu kalo bongkot pisang itu ada fungsinya” ujarnya tulus.

Di akhir kunjungannya Beslar mengaku puas atas pengalaman yang telah didapatkannya di Jombang. Kini tekadnya semakin kuat untuk memperjuangkan bertanam secara organik di kampung halamannya. (Mtb)




Wednesday, 14 April 2010

KREDIT USAHA PERTANIAN


Tersedia Beragam Kredit, Tidak Banyak Petani yang Mampu Meraih


Jombang - Kendala modal sering dikeluhkan petani dalam menggarap lahan pertanian. Beragam kredit yang disediakan pemerintah ternyata tak kunjung menjadi solusi.


Program kredit lunak khusus untuk para petani sebenarnya sudah diluncurkan Pemkab Jombang melalui Bank milik daerah sejak tahun 2007. Selain itu, kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) juga diluncurkan pemerintah pusat melalui Bank Jatim, BRI dan BNI mulai tahun 2008.

Namun, menurut Mahmud, petani asal Tembelang, peluang kredit khusus bagi petani yang tersedia di Dinas Pertanian, Peternakan dan perkebunan, serta Industri, Perdagangan dan Koperasi masih sebatas kabar burung. 

Selama ini, dia tidak pernah bisa menikmati fasilitas kredit lunak yang diluncurkan pemerintah daerah ataupun pemerintah pusat sejak tahun 2007 lalu. “Sepertinya (kredit) pinjaman itu diperuntukkan bagi orang-orang tertentu saja,” ujarnya, Senin (12/4).

Pernyataan berbeda dikatakan Sudarmaji, ketua Kelompok Karya Tani, Desa Pulorejo, Tembelang. Terbukanya peluang kredit lunak bagi petani pernah ia rasakan bersama anggota kelompoknya. Namun, fasilitas tersebut kini tidak lagi bisa dirasakan karena mandeknya pengembalian kredit dari petani. 

“Dulu itu dapat Rp 50 juta dan sudah dipinjamkan ke petani. Tapi susahnya itu, petani ada yang langsung mengembalikan waktu panen dan ada juga yang tidak mengembalikan sampai sekarang. Jadi uangnya masih nyantol dan belum berputar,” terangnya.

Sudarmaji mengungkapkan, untuk memperoleh kredit sebenarnya tidak sulit. Petani cukup menyerahkan proposal pengajuan, KTP, catatan luas lahan dan kebutuhan modal. Sedangkan untuk agunan, petani dapat menyerahkan STNK, BPKB ataupun sertifikat tanah. “Sebenarnya, pengajuan pinjamannya lumayan gampang, cuma menyetorkan proposal, KTP, luas lahan yang butuh modal,” ujarnya.

Namun, kemudahan mengakses kredit bagi petani tersebut tidak dirasakan Sugianto, petani asal Desa Pulorejo. Selama ini, dia lebih mengandalkan jasa perbankan umum untuk memenuhi kebutuhan modal usaha bertani. “Saya belum pernah dapat pinjaman apapun dari pemerintah atau juga dari kelompok tani. Katanya sih ada, tapi saya belum pernah merasakan. Ditawari juga nggak pernah,” aku dia. (Ms/Er)




Monday, 12 April 2010

PERTANIAN

 

Harga Pupuk Naik, Nasib Petani Kian Suram

Jombang – Naiknya harga eceran tertinggi (HET) pupuk bersubsidi sebesar 35% mulai 9 April 2010, membuat nasib petani kian terpuruk. Kenaikan harga pupuk diyakini bakal menurunkan hasil pendapatan petani karena harga hasil panen tidak kunjung membaik.



Sudarmaji, Ketua Kelompok Karya Tani, Desa Pulorejo, Kecamatan Tembelang, Jombang mengatakan, kenaikan HET pupuk bersubsidi akan menimbulkan dampak serius bagi petani. Apalagi, kenaikan HET pupuk tidak diikuti dengan kesigapan pemerintah mengamankan harga hasil panen.

Menurut Sudarmaji, naiknya harga pupuk bersubsidi sebenarnya bisa difahami petani. Namun, kebijakan menaikkan HET pupuk bersubsidi selayaknya diikuti dengan menyeimbangkan harga jual hasil panen.

“Soal pupuk yang naik, petani menyadari saja karena subsidi (pupuk) dicabut. Tapi, pemerintah juga harus menjamin harga gabah waktu panen juga harus bagus. Karena kalau seumpama gabah tidak naik harganya, petani yang kalangkabut dan rugi,” kata Sudarmaji, Senin (12/4).

Sugianto, anggota tani Karya Tani, Desa Pulorejo mengungkapkan, kenaikan harga pupuk bersubsidi membuat petani kian tersudut. Pasalnya, harga gabah hasil panen yang diterima petani rata-rata masih dibawah HPP gabah yang ditetapkan pemerintah. “Kalau pupuk naik, jelas petani mengeluh, karena harga penjualan gabah tidak sesuai dengan harga pupuk. Jadi, penghasilan juga menurun,” ujarnya.

Menurut Sugianto, sebelum menetapkan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 32 Tahun 2010, tentang harga eceran tertinggi (HET) pupuk bersubsidi, pemerintah sebenarnya sudah mengeluarkan kebijakan menaikkan HPP gabah sebesar 15% pada 1 Januari 2010. Namun, kenaikan HPP gabah tersebut tidak sesuai dengan fakta di lapangan.

“Kalau kering giling itu harganya 2.700,- itu saja tidak ada yang mau beli. Sekarang malah lebih hancur. Kalau basah harganya Rp. 2.100,- Padahal, katanya pemerintah itu khan punya harga dasar sekitar 2.600,- itu.”

Ahmad, petani asal Desa Tanjung Wadung, Kecamatan Ploso mengatakan, secara matematis biaya produksi untuk lahan pertaniannya akan meningkat seiring dengan naiknya harga pupuk. Tidak stabilnya harga jual hasil panen, diyakini akan membuat dia dan petani lainnya semakin rugi. “Harga (pupuk) tidak naik saja kami sudah menderita, apalagi ada naik," katanya.

Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jombang, Sadar Estuwati berharap, pemerintah bisa mengkaji ulang kebijakan menaikkan HET pupuk bersubsidi. Keterpurukan petani pada saat ini seharusnya bisa menjadi pertimbangan pemerintah sebelum menetapkan kenaikan harga pupuk bersubsidi. (Ms/Er)



Sunday, 11 April 2010

PESTISIDA DARI BAHAN BAWANG PUTIH DAN CABAI

Bahan pembuatan pestisida alami :
1.Bawang putih 3 biji yang sudah dikupas kulitnya
2. Segenggam cabai merah
Alat yang digunakan :

1. Panci
2.1/4 sabun
Cara pembuatan :

Campur 3 biji bawang yang sudah dikupas dengan segenggam cabai  dan rebus dalam sepanci air.Tambahkan 1/4 sabun aduk rata kemudian biarkan selama sehari. Saring cairan tersebut dan gunakan 2 cangkir larutan tersebut untuk satu kali penyemprotan.
* Bawang putih merupakan insektisida, fungisida dan penolak hama. Sabun akan membantu penyemprotan  untuk melekat pada tanaman dan serangga. Gunakan larutan ini untuk aphid(kutu daun), ulat bulu dan ngengat.
* Bawang putih dan cabai secara alami akan menolak banyak serangga. Tanamlah disekitar pohon buah dan lahan sayur untuk membantu mengurangi masalah-masalah serangga.

* Bawang putih dapat digunakan secara terpisah sebagai bahan pestisida. 


"SEMOGA BERMANFAAT"

Monday, 5 April 2010

PERTANIAN


   JombangGerakan Revolusi Hijau bertujuan sejak tahun 1960-an bertujuan untuk mengantarkan Indonesia pada swasembada beras. Dengan bertumpu pada penggunaan teknologi Panca Usaha Tani, penerapan kebijakan harga sarana dan hasil reproduksi, serta adanya dukungan kredit dan infrastruktur, Indonesia mampu menjadi Negara swasembada berasa pada tahun 1984 – 1989.


   Namun, gerakan Revolusi Hijau sejak beberapa tahun lalu mulai menuai kritik. Pasalnya, gerakan tersebut tidak mampu untuk menghantarkan Indonesia menjadi sebuah negara yang berswasembada pangan secara tetap. Disamping itu, Revolusi Hijau juga telah menyebabkan terjadinya kesenjangan ekonomi dan sosial pedesaan. karena ternyata Revolusi Hijau hanyalah menguntungkan petani yang memiliki tanah lebih dari setengah hektar, dan petani kaya di pedesaan, serta penyelenggara negara di tingkat pedesaan.  

   Menanggapi kenyataan ini, sejumlah petani secara perlahan mulai meninggalkan cara-cara pengelolaan pertanian ala Revolusi Hijau. Diantara petani bahkan menggunakan metode pertanian seperti yang dilakukan sebelum masa revolusi hijau.

    Hudi, petani asal Dusun Sambigelar, Desa Pojok Kulon, Kecamatan Kesamben menuturkan, pada awal era pertanian Revolusi Hijau memang banyak memberikan keuntungan kepada petani. Hasil panen petani lebih meningkat serta masa tanam dan panen bisa lebih sering dilakukan.

    Namun, kondisi itu mulai berubah pada tahun 90-an. Konsep pertanian yang diusung oleh Gerakan Revolusi secara perlahan memberikan dampak negatif bagi petani. Selain hilangnya kedaulatan pertanian, kualitas lahan juga terus menurun.

    Hudi mengungkapkan, sekitar tahun 90-an, kondisi tanah pertanian sudah menunjukkan tanda-tanda penurunan kualitas. Hal itu ditandai dengan tanah sawah yang ambles dan berwarna hijau. Turunnya kualitas lahan pertanian berdampak pada peningkatan biaya produksi seiring dengan meningkatnya kebutuhan pupuk.

    Untuk mengembalikan kesuburan tanah sawahnya, Hudi mulai menggunakan pupuk kompos untuk menyemai tanamannya. Usaha yang dilakukannya akhirnya membuahkan hasil. Biaya produksi bisa ditekan sedangkan hasil panen berangsur meningkat. “Ya (sekarang) turun biayanya dan dari tahun ke tahun itu ada peningkatan hasil panen,” tuturnya.

      Menurut Hudi, saat ini kondisi petani masih lebih baik dibanding sebelumnya. “Kalau dibanding waktu revolusi hijau ya mending sekarang, sekarang itu penjualan malah bisa berhubungan langsung dengan tengkulak luar daerah jadi bisa negosiasi harga,” ujar Hudi.

     Sarkawi, petani asal Kecamatan Bareng menuturkan, pada tahun 50-an, era sebelum revolusi hijau, kondisi tanah sangat subur. Meskipun tidak diberi asupan pupuk, namun tanaman bisa tumbuh dengan baik. “Hasil tanaman juga enak.” Jelas dia.

      Sarkawi menambahkan, penurunan kualitas lahan pertanian mulai dia rasakan pada tahun 80-an. Hal itu ditandai dengan maraknya penggunaan pupuk buatan pabrik dan bibit yang dibeli dari toko. “Kalau dulu mau nanam ya nanam aja. Tidak usah pakai apa-apa ya (tetap) baik,” kata pria yang kini hanya bisa menjadi buruh tani karena sudah kehilangan lahan.

      Baik Sarkawi dan Hudi, sepakat jika pengelolaan pertanian harus memperhatikan kondisi ekosistem agar kualitas lahan pertanian tidak terus mengalami penurunan.