Monday 12 October 2009

Abaikan Kepentingan Petani

Berharap Harga Pupuk Tidak Naik: Hasyim, disela-sela aktifitas mengairi tanaman jagung pada lahan miliknya, Minggu (11/10).

Jika Pemerintah Menaikkan Harga Pupuk

Jombang Rencana kenaikan harga pupuk bersubsidi tahun 2010 mendatang dinilai sebagai indikator sikap tidak peduli pemerintah terhadap nasib petani. Sebab, disaat petani masih kesulitan menentukan harga jual pasca panen, pemerintah justru berencana menaikkan harga pupuk bersubsidi.

Menurut Giman (50), petani asal Kecamatan Jogoroto, Jombang, pada masa sekarang ini pemerintah seharusnya menelurkan kebijakan yang berpihak pada kepentingan petani. Kenaikan harga pupuk bersubsidi, kata Giman, berpotensi memperburuk prospek pertanian di mata masyarakat. Padahal, pertanian merupakan lapangan pekerjaan yang dimilik bangsa ini.

“Kalau nanti harga pupuk (bersubsidi) naik lagi, lalu nanti nasibnya petani seperti apa? Dengan harga pupuk seperti sekarang ini saja, petani sudah kesulitan mencari untung, apalagi kalau naik,” katanya, Minggu (11/10) siang.

Giman, pria yang dikaruniai 4 putra ini mengatakan, sebelum menentukan kebijakan tentang kenaikan harga pupuk bersubsidi, pemerintah sebaiknya membenahi sistem dan mekanisme pasar pada produk pertanian. Sebab, menurutnya, salah satu masalah rumit yang masih melingkari pertanian adalah ketidakmampuan petani menentukan harga jual pasca panen. “Seharusnya pemerintah menjaga agar harga jual (pasca panen) tidak anjlok. Jangan hanya menaikkan harga pupuk (bersubsidi) tetapi lepas tangan saat panen,” ujarnya.

Giman menambahkan, pemerintah memiliki kewenangan untuk menaikkan atau menurunkan harga pupuk bersubsidi di pasaran. Namun, kebijakan tersebut seharusnya disesuaikan dengan kondisi petani pada saat ini. “Petani sekarang sudah sengsara, apalagi kalau harga pupuk dinaikkan,” katanya.

Senada, Suhari (44), petani asal Kecamatan Ngoro mengatakan, dilema petani makin bertambah jika harga pupuk bersubsidi jadi dinaikkan. “Bisa-bisa orang tidak mau lagi ke sawah,” ujarnya.

Hasyim (49), petani asal kecamatan Jogoroto meyakini, sebagian besar petani belum siap dengan naiknya harga pupuk bersubsidi di pasaran. Naiknya harga pupuk bersubsidi, kata Hasyim, secara otomastis akan meningkatkan biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh petani.

Padahal, lanjut Hasyim, sejauh ini belum ada tindakan nyata untuk pengamanan harga pasca panen di pasaran yang dirasakan petani. “Semoga saja naiknya tidak banyak, sebab naik sedikit saja petani sudah bingung,” katanya.

Tak Terpengaruh Kenaikan Harga Pupuk Bersubsidi

Disisi lain, disaat petani mulai kelimpungan dengan rencana kenaikan harga pupuk bersubsidi, para petani sayur mengaku tidak terpengaruh dengan rencana kenaikan harga pupuk. “Soalnya kita tidak begitu banyak butuh pupuk,” kata Isa Anshori, petani sayur asal Kecamatan Jogoroto, Jombang, Kamis (8/10) pagi.

Namun, kata Anshori, rencana pemerintah menaikkan harga pupuk bersubsidi sebaiknya dipertimbangkan secara matang. Pasalnya, kebijakan tersebut bakal berpengaruh besar pada petani yang selama ini bergelut pada pertanian pangan. “Bagi kami gak ada masalah, tapi kasihan bagi mereka yang menanam palawija dan padi,” ujar Anshori seraya menyiram tanaman terong di lahan miliknya.

Berbeda halnya dengan yang dialami, Ahmad Mukroni, petani asal Kecamatan Tembelang. Selama 9 bulan terakhir, dia mulai meretas sistem pertanian organik pada lahan persawahan yang dimilikinya.

Bagi Ahmad Mukroni, naiknya harga pupuk bersubsidi tidak mempengaruhi profesi yang sudah gelutinya sejak puluhan tahun ini. “Bagi saya, harga pupuk naik atau tidak ya tenang saja. Soalnya saya tidak pakai pupuk (kimia) lagi,” ujar bapak 2 putra ini. (Ms)


0 comments:

Post a Comment