Saturday, 16 January 2010

Pertanian Tradisional Dapat Redam Efek Krisis Global

VHRmedia, Jakarta - Metode pertanian tradisional efektif melindungi masyarakat dari dampak krisis global. Pertanian berbasis masyarakat dapat digunakan sebagai sarana melawan pertanian industri yang merusak lingkungan.

Pandangan tersebut mengemuka dalam seminar "Gerakan Politik Hijau Merespons Krisis Global" yang diselenggarakan Sarekat Hijau Indonesia di Jakarta, Rabu (3/12).

Ketua Gerakan Petani Internasional (La Via Campessina) Henry Saragih mengatakan, pertanian berbasis keluarga lebih efisien dibandingkan pertanian industri. "Kapitalis tidak efisien. Karena pertanian tradisional, traktor besar tidak bisa masuk," ujarmnya.

Menurut Ketua Serikat Petani Indonesia, agar pertanian tradisional efektif, cara pandang yang menilai pertanian tradisional kelanjutan perbudakan harus dihapuskan. "Pertanian masyarakat adat kita jauh lebih efisien," ujarnya.

Henry menyebutkan, hanya Rp 500 miliar dari total APBN untuk pertanian Rp 17,5 triliun yang dibelanjakan untuk pengadaan pupuk organik yang ramah lingkungan. Sisanya digunakan untuk pengadaan pupuk kimia yang merusak lingkungan.

Hendro Sangkoyo dari Sekolah Ekonomika Demokratik menilai perlawanan menggunakan cara protes tidak lagi efektif di tengah krisis global. Perlawanan harus dilakukan dengan politik alternatif yang menjadi lawan tanding arus modal.

Dia mengusulkan perjuangan alternatif dengan melawan politik tata ruang yang dimainkan pemilik modal. Dalam perlawanan itu diupayakan politik untuk melindungi ruang hidup masyarakat dari imbas perdagangan bebas. "Politik yang tidak membongkar ruang hidup," katanya. (E1)

1 comments:

freezipe said...

nice info man..

Post a Comment