Sunday, 20 December 2009
Kekeringan, Petani Kesamben Tunda Masa Tanam
Jombang – Ribuan hektar lahan pertanian di Kecamatan Kesamben, Jombang mengalami kekeringan. Petani setempat memilih menunda masa tanam karena minimnya debit air yang mampu mencukupi kebutuhan pertumbuhan tanaman.
Petani khawatir bakal merugi jika tetap memaksakan diri untuk menanami lahannya dengan tanaman pertanian. Menurut petani, benih yang sempat ditabur pada lahan yang kekurangan air tersebut akhirnya layu dan tidak bisa berkembang.
Ponisan, ketua Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) Desa Jombatan, Kecamatan Kesamben mengatakan, kekeringan lahan pertanian di wilayahnya disebabkan oleh tidak baiknya sistem pembagian air. Jatah 18 kubik air yang seharusnya menjadi milik petani di Dusun Sapon, Tambakrejo dan Candi Desa Jombatan tidak pernah sampai ke tempat mereka.
“Hingga hari ini masih kekeringan. (kami) Tidak mendapatkan giliran sampai empat kali. Padahal, air itu seharusnya 18 kubik, tapi kenapa kok tidak sampai sini? Itu berarti dinas pengairan tidak adil, seumpama adil walaupun kecil pasti sampai,” ujar Ponisan, Kamis (17/12) siang.
Sekitar 500 hektar sawah di Desa Pojok Kulon, Kesamben mengalami kondisi serupa. Peristiwa kekeringan lahan saat musim kemarau di Desa tersebut bahkan terjadi sejak tahun 1997 lalu.
Menurut Ikhsan, ketua HIPPA Desa Pojok kulon, meski sudah pernah melaporkan kurangnya pasokan air bagi lahan pertanian di wilayahnya, namun hingga kini air tidak menyentuh lahan persawahan milik HIPPA Pojok kulon. “Persoalan (air) ini sebenarnya sudah terjadi sejak tahun 90-an,” katanya.
Ihksan berharap pengaturan pembagian air agar lebih memperhatikan kebutuhan petani. Menurutnya, jika debit air bagi lahan pertanian tidak mencukupi, petani akan kesulitan untuk mengembangkan pertanian.
Sementara itu, kekeringan lahan juga melanda 200 hektar lahan persawahan di Dusun Sambigelar, Desa Pojok Kulon dan Desa Podoroto, Kesamben sebanyak 600 hektar. Beberapa waktu lalu, petani Desa Podoroto bahkan sempat melakukan protes dengan menanami saluran irigasi untuk lahan pertanian mereka dengan tanaman pisang.
Kurangnya Kepedulian Pemerintah
Kepentingan industri disinyalir menjadi penyebab berkurangnya jatah air bagi petani. “Kalau dulu, air itu nomor satu bagi petani. Tapi sekarang itu dinomor empatkan. Kalah dengan industri,” kata Nawun, petugas HIPPA Sambigelar.
Menurut Nawun, kepedulian pemerintah terhadap petani masih rendah. Kebutuhan petani akan air kurang diperhatikan karena pemerintah lebih mengutamakan kepentingan industri.
Ketua Lembaga Pengembangan Pertanian NU Jombang, Muhammad Subhan mengatakan, kekeringan ribuan hektar lahan pertanian di wilayah Kecamatan Kesamben dan sekitarnya sebenarnya sudah dilaporkan pada tahun 2001 lalu. Namun, keluhan dari 3000-an petani di wilayah Kesamben hingga kini belum mendapat tanggapan menggemberikan.
Menurut pria yang dulu pernah aktif dalam Forum Musyawarah Petani Jombang (FMPJ) ini, keinginan petani agar pemerintah melakukan penyudetan terhadap Dam Jati Mlerek untuk memenuhi kebutuhan air bagi pertanian tak pernah mendapat tanggapan. “Alasannya macam-macam. Salah satunya, kalau debit air sungai brantas berkurang karena disudet untuk kepentingan petani, maka ada perusahaan yang selama ini memanfaatkan sungai brantas akan rugi,” ujar Subhan.
Dia berharap, realitas kekeringan lahan yang dihadapi petani bisa direspon oleh pemerintah dengan memenuhi dan mengatur kebutuhan air bagi pertanian secara adil. (Ms/Er)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment